Konsep Perilaku Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling
sempurna
Manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk
hidup yang lain, seperti perilakunya.
Perilaku manusia berbeda dengan perilaku makhluk hidup
yang lain seperti dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dapat dikendalikan oleh
rasio dan emosinya (lebih berbudaya). Berbeda dengan hewan yang dalam memenuhi
kebutuhan biologisnya dapat melakukan dimana saja dan kapan saja.
Pikiran dan Lingkungan sosial budayalah yang mempengaruhi
perilaku manusia tidak semata-mata
karena dorongan biologis dan seks saja.
Oleh sebab itu, sama-sama manusia tetapi berbeda
lingkungan budayanya akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula.
Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda
dengan makhluk hidup lain, bahkan diantara sesama manusia pun perilakunya
berbeda-beda seiring dengan lingkungan sosio-budayanya.
Teori-teori dan konsep tentang manusia berbeda-beda
menurut para ahli dilihat dari sekumpulan-sekumpulan perilaku orang yang hidup
pada zamannya
Homo Sapiens : Manusia adalah makhluk hidup yang selalu aktif dan tidak
pasif
Homo Ludens : dalam menjalankan kehidupannya manusia tidak hanya
menerima lingkungan apa adanya (manusia adalah pelaku aktif dalam merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungan)
Homo Violens : menganggap bahwa manusia itu digerakkan oleh
keinginan-keinginan yang terpendam.
Homo Mechanicus : memandang manusia sebagai mesin yang selalu berputar,
berkerja, beraktivitas dan sebagainya dalam mengisi kehidupannaya.(manusia
hanya aspek fisik saja seperti mesin dan tidak mempunyai aspek rohani dan
spiritual)
A.
Perilaku
dari Pandangan Psikologis
Aliran-Aliran Psikologi
yang muncul sesuai
dengan perkembangan sudut pandang masing-masing
1. Aliran Psikoanalisis (Freud)
Perilaku manusia didasari oleh naluri primitif (Sex)
2. Aliran
Behaviorisme
Menganalisa perilaku manusia hanya dari gejala yang
tampak saja
3. Aliran Psikologi
Kognitif
(Aliran Rasionalisme) perilaku manusia terbentuk bukan
semata-mata berdasarkan respon atau reaksi terhadap lingkungan tetapi sebelum
merespon melalui proses kognitif (pemikiran dan pemahaman) terlebih dahulu
4. Aliran Psikohumanistik
Mengacu kepada aliran filsafat fenomenologi dan
eksistensialisme (manusia hidup dalam suatu dunia yang dipersepsikan dan
diinterprestasikan secara subjektif)
1.
Aliran
Psikoanalisa (Freud)
Perilaku manusia didasari oleh naluri primitif (Sex)
Tokoh : Sigmund Freud
Perilaku ditentukan oleh struktur kepribadian yaitu
1. Das Es (The Id) :
Aspek kepribadian pertama adalah aspek biologis (mencari
kenikmatan dan menghindari bahaya)
2. Das Ich (The Ego) :
Aspek Psikologi kepribadian berhubungan dengan realitas.
Dalam pemenuhan aspek biologis seseorang menyesuaikan dengan kenyataan dan
kondisi dunia riil
3. Das Uber Ich (The Super Ego) :
Aspek Sosiologis kepribadian berhubungan dengan
nilai-nilai moral. Dalam pemenuhan aspek biologis seseorang dikendalikan oleh
nilai-nilai umum (moral) yang diciptakan oleh lingkungan manusia (aspek
sosiologis), Nilai-nilai moral ini disebut Super Ego, Hati nurani
manusia itu sendiri.
Menurut Psikoanalisis (Freud) :
Perilaku manusia ditentukan oleh kepribadiannya,
Kepribadiannya ditentukan oleh prinsip pencarian
kenikmatan dan penghindaran ketidak nikmatan (Aspek Biologis),
Dalam pencapaian dan penghindaran tersebut, perilaku
manusia akan menyesuaikan dengan realitas (Aspek Psikologis), serta
dikendalikan oleh norma-norma sosial (Aspek Sosiologis), yang adalah juga hati
nurani manusia.
2. Aliran BehaviorismeMenganalisa perilaku manusia
hanya dari gejala yang tampak saja
Konsep Behaviorisme menganalisa perilaku manusia dari
gejala yang tampak saja, yang dapat diukur dan diramalkan.
Konsep Behaviorisme menganut teori belajar, karena mereka
mengakui bahwa seluruh perilaku manusia (kecuali insting) adalah hasil dari
belajar.
Pada perkembangannya aliran behaviorisme berkembang
menjadi beberapa aliran :
Aliran Empirisme
Aliran Nativisme
Aliran Naturalisme
Aliran Konvergensi
Aliran Empirisme
Tokohnya adalah Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh
John Locke (1632-1704)
Manusia lahir dalam keadaan kosong seperti meja lilin
atau kertas kosong (tabula rasa), lingkunganlah yang nantinya akan
mewarnainya..
Pengalaman indra sangat dominan dalam membentuk perilaku
manusia.
Aliran ini juga sering disebut dengan aliran optimisme
dimana lingkungan berkuasa penuh atas terbentuknya perilaku manusia
Salah satu kritikan terhadap aliran ini yaitu “Kenapa lingkungan
sams pada sekelompok anak, tetapi perilaku berbeda?”
Aliran Nativisme
Tokohnya adalah Schopenhouer (1788 – 1860)
Nativis berasal dari kata natal yaitu Lahir
Menurut aliran ini perilaku manusia itu sudah bawaan
ditentukan dari lahir/kelahiran
Aliran ini juga disebut aliran pesimisme karena
pendidikan dan lingkungan tidak mempunyai peran apapun dalam mempengaruhi,
membentuk dan menentukan perilaku
manusia.
Aliran Naturalisme
Tokohnya adalah Jan Jack Rousseau (1712-1778)
Hampir sama dengan aliran nativisme yang berorientasi
kepada kelahiran atau bawaan lahir..
Bedanya jika nativisme beranggapan bahwa bawaan lahir
tidak bisa dirubah oleh lingkungan, jika baik maka baik jika tidak baik maka
hasilnya akan tidak baik juga.
Naturalisme beranggapan manusia lahir dalam keadaan yang
sangat baik akan tetapi lingkungan dan pendidikanlah yang dapat merubahnya
menjadi tidak lebih baik.
Aliran ini juga sering disebut dengan aliran negativisme
karena berkeyakinan bahwa lingkungan dan pendidikan mempunyai pengaruh negatif
terhadap perilaku manusia
Salah satu kritikan terhadap aliran ini yaitu “Kenapa
lingkungan sams pada sekelompok anak, tetapi perilaku berbeda?”
Aliran Konvergensi
Tokohnya adalah William Stern (1871-1939) seorang ahli
pendidikan dari Jerman
Aliran Konvergensi merupakan perpaduan antara empirisme
dan nativisme yaitu bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh lingkungan,
pendidikan dan pembawaan yang keduanya berperan secara bersama-sama. (perilaku
dapat dikembangkan tetapi mempunyai keterbatasan-keterbatasan yakni pembawaan.
3.Aliran Psikologi Kognitif
(Aliran Rasionalisme) perilaku manusia terbentuk bukan
semata-mata berdasarkan respon atau reaksi terhadap lingkungan tetapi sebelum
merespon melalui proses kognitif (pemikiran dan pemahaman) terlebih dahulu
Psikologi kognitif bersumber pada aliran rasionalisme yang dipelopori oleh
Immanuel Kant (1724-1804) dan Rene Descartes (1596-1650).
Aliran ii menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang menjadi alat utama untuk
pengetahuan, bukan indra. Jiwalah yang menjadi alat utama untuk menafsirkan
hasil pengamatan indra menjadi pengetahuan, mulai dari mencipta
mengorganisasikan dan penafsiran, dan mencari makna.
Pada kenyataannya tidak semua stimulus yang ditangkap melalui indra diolah
menjadi pengetahuan yang akhirnya menghasilkan perilaku.
Manusia bukan merupakan makhluk yang bereaksi pasif terhadap lingkungannya,
tetapi manusia berusaha memahami (berfikir) mengenai lingkungannya.
Banyak ahli yang mendasarkan teorinya pada konsep psikologi kognitif ini
diantaranya :
Teori Kurt Lewin
Perilaku manusia dilihat dalam konteksnya, bukan sekedar
respon dan stimulus, tetapi produk dari berbagai gaya psikologis yang disebut
ruang hayat (life space) yang mempengaruhinya secara spontan.
Rumus Perilaku menurut Lewin :
Behaviorisme
= Fungsi (Person, Environment)
Perilaku merupakan fungsi dari person dan lingkungan psikologisnya
Festinger
Makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan atau
konsistensi dalam sistem kepercayaannya
dan diantara sistem kepercayaan dengn perilaku, yang disebut teori disonan
(suatu ketidak cocokan antara dua kognitif, pengetahuan atau kepercayaan
–keyakinan-).
Perilaku adalah keseimbangan antara 2 kognisi, yakni :
- Kognisi Disonan;
Kondisi atau pengetahuan
(kognisi) negatif yang menyebabkan orang resah. (orang berusaha mencari
pembenaran)
b. Kognisi Konsonan;
Pemahaman atau pengetahuan
(kognisi) Positif yang dapat melawan kognisi negatif yang menyebabkan keresahan
tersebut hilang.
4.Aliran Psikohumanistik
Mengacu kepada aliran filsafat fenomenologi dan
eksistensialisme (manusia hidup dalam suatu dunia yang dipersepsikan dan
diinterprestasikan secara subjektif)
Setiap individu manusia mengalami dunia dengan caranya
sendiri, meskipun hidup dilingkungan yang sama akan tetapi cara
menginterprestasikan dunia atau lingkungannya berbeda sehingga akan
menghasilkan pengalaman yang berbeda pula.
Aliran humanistik menekankan bahwa pentingnya kewajiban
individu pada manusia lain. Individu atau orang ada karena adanya orang lain.
Dia Eksist atau keberadaannya dalam konteks orang lain
atau lingkungan sosialnya.
Frankl (1967) yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1993)
mengatakan bahwa manusia itu unik ; keunikan manusia adalah pentingnya nilai
dna makna serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Carl Rogers (1973) membuat asumsi-asumsi :
Bahwa setiap
manusia dalam pengalamannya yang bersifat pribadi, baik sebagai aku (theI), ku
(me), maupun diriku (my self) adalah menjadi “pusat”.
Hal ini berarti bahwa apa yang dilakukan atau perilaku
manusia adalah berpusat pada konsep diri
Bahwa manusia
berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan dirinya
sendiri
Bahwa manusia
sebagai individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya
dan dunianya
Ia bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikan
olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya
Bahwa anggapan
adanya ancaman terhadap dirinhya akan diikuti oleh pertahanan diri
Kecenderungan
batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri
Untuk itu, dalam kondisi yang normal manusia akan
berperilaku rasional dan konstruktif
B. Faktor Personal Perilaku Manusia
C. Faktor Situasional Perilaku Manusia
D. Dasar Psikologi Perilaku
E. Batasan Perilaku
F. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku
G. Ranah (Domain) Perilaku
H. Promosi Kesehatan Dan Perilaku
I. Teori - Teori Perilaku
Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
A.
Intelegence
Quotient (IQ)
Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Para Ahli
Komunikasi yang dilakukan dan dirancang untuk tujuan
terapi
(Suryani, 2005)
Komunikasi yang direncanakan Secara Sadar, Bertujuan dan
Kegiatannya dipusatkan untuk Kesembuhannya.
(Purwanto, 1994)
Hubungan perawat – klien yang harmonis sehingga perawat
dapat merubah prilaku klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Stuart & Sundeen)
Komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan
teknik-teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan
(Universal)
B.
Emotional
Intelegence (EI)
C.
Spiritual
Quotient(SQ)
D.
Bagan
IQ, EI dan SQ
E.
E.
ESQ Way 165
Daya Tarik Interpersonal
Salah satu hal yang mendasari terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh
seseorang tertarik dengan orang lain.
Apabila ada daya tarik di antara mereka atau semakin besar ketertarikan
mereka maka kemungkinan terjadinya hubungan jauh lebih besar
Dalam situasi yang ramai atau kondusif sekalipun untuk melakukan hubungan
interpersonal yang baik bisa saja tidak akan terjadi jika tidak melibatkan
ketertarikan
Misal ; seorang perempuan duduk sendirian sekalipun tidak akan didekati
oleh laki-laki yang tidak mempunyai ketertarikan terhadap perempuan tersebut.
Begitu juga sebaliknya bila ada situasi yang tidak memungkinkan sekalipun
jika adanya daya tarik yang terjadi pasti akan selalu diusahakan bagaimanapun
caranya.
Ada juga hubungan sosial yang dibangun tidak dari ketertarikan seperti ;
perjodohan, perkenalan karena duduk bersebelahan dikelas, namun dapat
diramalkan jika terjadi hubungan berkelanjutan, faktor ketertarikan pastilah mewarnai
hal tersebut
Ketertarikan tidak semata-mata masalah wajah dan fisik saja tetapi bisa
berbeda-beda seperti ketertarikan pedagang dengan seseorang lebih karena
ketertarikan relasi yang mendatangkan keuntungan sehingga ketertarikan ekonomis
yang terjadi begitu juga dengan yang lainnya
A. Pengertian Daya Tarik
Interpersonal
Ketertarikan = Sikap Positif Terhadap
Orang Lain
Pengertian daya tarik sering terlalu
sempit,sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya tarik fisik
hanya merupakan salah satu bagian daya tarik.
B. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Daya Tarik Interpersonal
Secara Garis Besar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
1)
Karakteristik Aktor
a.
Daya Tarik Fisik
“beauty is a greater recommendation than any letter of introduction”
(Aristoteles)
Hal yang biasa menjadi penilaian awal adalah penampilan, orang lebih suka
dengan sesuatu yang menarik dari pada yang kurang, sehingga dapat kita
simpulkan bahwa poin daya tarik fisik memberikan kontribusi penilaian yang
signifikan.
b. Kompetensi
Kompetensi seperti kecerdasan, kemampuan, skil yang tinggi, prestasi dan
merupakan kualitas tersendiri yang tidak semua orang memilikinya dalam tahap
yang memuaskan
c. Karakteristik
Menyenangkan
be nice or do something nice.
Orang yang lucu, ramah, santun, penolong, sabar dan memiliki berbagai
karakter menyenangkan lain, terbukti memiliki lebih banyak teman atau mendapat
lebih banyak simpati, begitu juga sebaliknya
2) Faktor Penilai
Setiap individu memiliki
kriteria tertentu, terutama yang bersifat subyektif, dalam memberi penilaian
pada orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, maupun yang bersifat
pribadi ikut berpengaruh dalam menilai. Dalam kaitan ini pembahasan akan lebih
menitikberatkan pada faktor yang ada dalam diri penilai itu sendiri
Yang lebih dominan dalam faktor penilai ini adalah Kondisi Afektif seseorang
dan Pengalaman yang pernah dirasakan
3) Variabel-Variabel Interpersonal
a.
Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita, dalam sikap, nilai,
minat, latar belakang, dan kepribadian. Banyak kebenaran dalam pepatah kuno
bahwa “burung yang sebulu berkumpul bersama.”
Ada
2 (dua) alasan yang membuat orang suka akan kesamaan
Pertama
: Kesamaan mendatangkan ganjaran
Orang yang memiliki kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan
kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.
Kedua
: Rasa suka berasal dari teori keseimbangan kognitif
orang berusaha mempertahankan keselarasan atau konsistensi di antara
sikap mereka, Kita memaksimalkan keseimbangan kognitif dengan menyukai orang
yang mendukung pandangan kita dan tidak menyukai orang yang menentangnya
Catatan : tidak selamanya kesamaan itu
menjadi pilihan dalam pribadi setiap orang Karena Penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa kita sangat terbuka terhadap
ganjaran perbedaan bila kita merasa bahwa orang lain menerima kita.
b. Keakraban
Alasan Keakraban dapat meningkatkan rasa suka?
Asumsinya Bila orang semakin akrab, mereka semakin mirip dengan diri kita
sendiri
Eksposur yang berulang pasti meningkatkan pengenalan kita tentang
seseorang, dan mungkin ini merupakan langkah awal yang berguna untuk
menyukainya. Bila orang semakin dikenal, mereka juga semakin dapat diduga.
Semakin sering kita melihat tetangga baru di lingkungan perumahan kita, semakin
banyak yang kita pelajari tentang dia dan semakin baik prediksi yang dapat kita
buat tentang bagaimana dia akan berperilaku di halaman rumah dan di pertemuan
wilayah. Akibatnya kita merasa lebih nyaman bila dia hadir.
c. Kedekatan
Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada
kaitannya dengan kita, dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai
Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang yang tidak kita sukai akan
menimbulkan tekanan psikologik, sehingga kita mengalami tekanan kognitif untuk
menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita. Salah satu formulasi dari
teori ini diajukan oleh Fritz Heider (1958). Dia membedakan antara hubungan
kesatuan (unit relations) dan hubungan perasaan (sentiment
relations) orang atau objek yang “menyatu” terdiri dari satu kesatuan.
Gagasan dasar teori keseimbangan Heider adalah bahwa
kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan
hubungan kesatuan kita.
Pengaruh
kedekatan menyatukan banyak factor
Pertama, kedekatan biasnya meningkatkan
keakraban.
Kedua, kedekatan sering berdekatan
dengan kesamaan.
Ketiga adalah bahwa orang yang dekat
secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh.
Keempat tentang pengaruh kedekatan
didasarkan pada konsistensi kognitif.
4) Faktor Kondisi yang ada atau yang menyertai
a.
Hubungan Yang Erat
Suatu hubungan terbentuk pada saat dua orang menjadi saling tergantung
satu sama lain, yaitu bila yang satu mempengaruhi yang lain. Suatu hubungan
disebut erat bila terdapat interaksi yang kerap, melibatkan berbagai bentuk
interaksi dan saling pengaruh yang kuat. Model interdependesi antar dua orang
di kembangkan oleh Levinger dan Snoek (1972), yaitu:
1) Zero contact (dua orang
yang belum mempunyai hubungan):
2) Menyadari (sikap atau kesan
satu pihak):
3) Kontak permukaan (sikap atau
kesan dua pihak):
4) Mutualis (kesalingan):
bila derajat interdependesi
bertambah, orang memasuki Mutualis. Dalam hubungan ini ada 3 hal,
yaitu: .
Pertama, ada frekuensi interaksi yang
kerap untuk waktu yang relatif panjang.
Kedua, hubungan yang erat melibatkan
bermacam-macam bentuk kegiatan atau peristiwa.
Ketiga, saling pengaruh yang kuat
mewarnai hubungan kedua orang tersebut
dua orang yang memiliki
interpendensi yang kuat memiliki potensi untuk saling membangkitkan emosi yang
kuat pula
b.
Perspektif Teori Pertukaran Sosial
orang sangat memperhatikan hasil (keuntungan dan kerugian) yang dapat
mereka terima dari suatu hubungan
1)
Keuntungan
dan Kerugian
Keuntungan adalah segala hal yang
diperoleh seseorang dalam hubungan, seperti rasa dicintai atau juga keuangan..
Keuntungan dibagi menjadi 6
bentuk dasar: cinta, uang, status, informasi, barang, dan jasa
Keenam bentuk tersebut
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi.
Pertama, dimensi partikularisme,
termasuk bentuk-bentuk
keuntungan yang nilainya tergantung pada pemberi. Nilai cinta, atau yang lebih
jelas.
Bentuk-bentuk ungkapannya
seperti pelukan, ciuman, sangat tergantung pada siapa yang memberi.
Jadi cinta adalah keuntungan
yang bersifat partikular (khusus).
Sebaliknya uang akan selalu
dipandang bermanfaat tanpa memperdulikan siapa pemberinya; uang merupakan
keuntungan yang bersifat non partikular atau universal.
Kedua, dimensi keberwujudan(concreteness),
Membedakan keuntungan yang
bersifat nyata,
Sesuatu yang dapat dilihat,
dicium, diraba, dengan keuntungan yang niskala atau yang bersifat simbolik
seperti nasihat atau kedekatan sosial
Kerugian merupakan konsekuensu negatif
dari suatu hubungan.
2) Mengevaluasi Hasil
Umumnya orang tidak menilai
hubungan secara sadar dan sistematik, tetapi proses dasarnya tercermin dalam
pernyataan-pernyataan seperti
“Hubungan ini memberikan
banyak keuntungan untuk saya“ atau
“Rasanya hubungan ini
tidak perlu dilanjutkan lagi.”
Orang menggunakan beberapa
tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok ukur yang paling sederhana
adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau merugikan.
Tolok ukur yang juga penting adalah
dengan membanding-bandingkan sejumlah hubungan, membandingkan suatu
hubungan dengan bentuk hubungan lain yang pernah kita alami atau kita kenal.
Thibaut dan Kelley (1959) menekankan dua bentuk tolok
ukur perbandingan utama :
Tingkat perbandingan mencerminkan kualitas
hasil yang menurut seseorang pantas di terima.
(keyakinan pribadi tiap tiap
orang tentang hal-hal apa saja ynag seharusnya ada, tidak ada, atau
mempengaruhi hubungan)
tolok ukur dasar untuk suatu
hubungan berbeda dengan tolok ukur untuk hubungan yang lain
Tingkat perbandingan untuk alternatif, di sini orang menilai perbandingan antara suatu
hubungan dengan hubungan lain yang yang dapat dipilih pada saat yang sama.
Bahkan bila suatu hubungan
menguntungkan secara absolut kita dapat saja meninggalkannya jika kita dapat
menjangkau alternatif lain yang lebih menguntungkan, dan
sebaliknya
3) Koordinasi Hasil
Fakta yang penting adalah bahwa
dalam suatu hubungan, hasil yang diperoleh salah satu pihak berkaitan erat
dengan hasil yang diperoleh pihak lain.
Thibaut dan Kelley (1959) :
Hasil yang berkorespendensi:
apa yang dianggap baik oleh
yang satu dianggap baik pula oleh yang lain,
apa yang dianggap buruk oleh
yang satu dianggap buruk pula oleh yang lain
Hasil yang tidak berkorespondensi:
bila kedua pihak yang terlibat
memiliki pilihan dan nilai-nilai yang jauh berbeda,
dan kemungkinan untuk
terjerumus dalam pertentangan dan masalah
koordinasi hasil akan semakin
besar
4) Pertukaran yang Adil
Orang sering mempersoalkan
keadilan dalam suatu hubungan.
Tiga buah aturan utamanya
adalah :
a.
kesamaan,
b.
kebutuhan relatif,
c.
dan keadilan.
Keadilan terjadi bila hasil
yang diperoleh seseorang sebanding dengan andil yang dia berikan untuk
mendukung kelangsungan hubungan tersebut
Menurut teori keadilan ini,
bila pihak-pihak yang terlibat merasakan adanya ketidakadilan dalam hubungan
mereka, mereka akan merasa tertekan dan terdorong untuk berusaha memulihkannya
5) Kepuasan dan Keterikatan
Keterikatan meliputi segala
upaya, positif maupun negatif, yang membuat seseorang tetap berada dalam suatu
hubungan.
Faktor-faktor yang positif
meliputi kepuasan, rasa suka, dan cinta.
Faktor-faktor negatifnya
meliputi segala kendala yang membuat seseorang menderita kerugian bila dia
meninggalkan suatu hubungan.
Dua kendala yang paling penting
adalah tidak adanya pilihan lain dan investasi yang telah ditanamkan dalam
suatu hubungan.
Keterikatan menunjuk pada
segala kekuatan, baik yang positif maupun negatif, yang berfungsi untuk
mempertahankan individu dalam suatu hubungan.
Dalam sebagian besar hubungan,
kepuasan dan keterikatan senantiasa berjalan berdampingan.
Bila sepasang remaja mulai
merasakan hal-hal yng istimewa dalam hubungan mereka, keduanya akan mulai
membangun keterikatan. Mereka tidak lagi berkencan dengan orang lain, mulai
saling bertukar tanda mata, selalu menikmati berbagai kegiatan berdua. Bila
kelak hubungan itu berkembang menjadi hubungan cinta, mereka mulai melakukan
berbagai hal untuk mewujudkan perasaan mereka dan merencanakan langkah-langkah
untuk membangun masa depan bersama
6) Konflik
konflik sering terjadi dalam
hubungan yang erat ( Peterson, 1983).
Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa konflik akan selalu muncul pada hubungan yang dirasa amat
sempurna sekalipun
Menurut Gurin dan
kawan-kawannya, 32 persen pasangan yang menilai pernikahan mereka sangat
membahagiakan melaporkan bahwa mereka juga pernah mengalami pertentangan.
c.
Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri atau keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi
perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Pengungkapan diri dapat
bersifat baik deskriptif maupun evaluatif ( Morton, 1978).
Dalam pengungkapan diri
deskriptif kita meukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum
diketahui orang lain.
Dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau
perasaan pribadi bahwa kita menyukai orang-orang tertentu, bahwa kita merasa
cemas karena terlalu gemuk, bahwa kita tidak suka bangun pagi.
1)
Pengungkapan
Diri dan Rasa Suka
Rasa suka merupakan sebab penting dari pengungkapan diri.
Orang lebih sering mengungkapakan dirinya pada pasangan hidupnya atau pada
sahabatnya daripada terhadap rekan sekerja atau teman biasa.
Kita akan lebih menyukai orang lain yang dapat
mengungkapkan diri pada situasi yang tepat ( Derlega & Ckaikin, 1975)
Altman dan Taylor (1973) berpendapat bahwa pengungkapan
diri dapat menimbulkan rasa suka bila langkah-langkahnya dijaga sebaik mungkin.
Tahap-tahap pengugkapan diri itu cukup lambat agar kedua pihak tidak merasa
terancam. Bila perkembangan berlangsung terlampau cepat, orang akan merasa
cemas, dan akan muncul kecenderungan untuk melindungi diri. Seseorang yang
“terlalu memaksa , datang terlalu cepat”, akan kurang disukai
2) Timbal Balik
Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi
pada kita, kita akan merasa wajib memberikan reaksi yang sepadan. sifat timbal
balik dalam pengungkapan diri merupakan faktor yang menentukan apakah kita akan
menyukai seseorang atau tidak
d.
Cinta
Salah satu peneliti pertama yang mempelajari cinta romantis adalah Zick
Rubin (1970,1973). Dia mersa tertarik untuk mempelajari hubungan antara cinta
dan rasa suka. Salah satu pandangan mengatakan bahwa:
cinta adalah
bentuk rasa suka yang amat kuat.
pandangan yang berlawanan dengan yang pertama tadi, yang dianggap lebih
unggul oleh Rubin, mengatakan bahwa cinta dan rasa suka
memiliki unsur-unsur yang berbeda dan merupakan dua dimensi yang berlainan.
Pandangan ini nampaknya sesuai dengan pepatah kuno yang mengatakna bahwa dapat
saja kita sangat menyukai seseorang tetapi tidak mersa jatuh cinta padanya, dan
sebaliknya, kita dapat tergila-gila mencintai seseorang yang sebetulnya tidak
terlalu disukai.
Komunikasi Non Verbal
A.
Jenis
– Jenis Komunikasi Non Verbal
B.
Fungsi
Komunikasi Non Verbal
C.
Variasi
Budaya dalam Komunikasi Non Verbal
ETIKA ,
ETIS , MORAL
Etika Dan Adat Kebiasaan
•
Etika Berasal Dari Kata Ethos
•
Ethos : - Tempat Tinggal Biasa
-
Padang Rumput
-
Kandang
-
Kebiasaan
-
Akhlak , Watak
-
Perasaan, Sikap
-
Cara Berfikir
•
Bentuk Jamak Etha
-
Adat Kebiasaan
ETIKA
•
Ilmu Tentang
Apa Yang Biasa
Dilakukan Atau Ilmu Tentang Adat Kebiasaan
•
Ilmu Tentang
Apa Yang Baik Dan Apa Yang Buruk, Dan Tentang Hak Dan Kewajiban Moral
•
Kumpulan Asas
Atau Nilai Yang
Berkenaan Dengan Akhlak
•
Nilai Mengenai Benar Dan
Salah Yang Dianut Oleh
Golongan Atau Masyarakat
Etika Dan Etiket
Etika Berkaitan
Erat Dengan Moral
Etiket Berkaitan Dengan Masalah Sopan Santun
Etika Dari Ethics
Etiket Dari Etiquette
Persamaan :
•
Etika Dan Etiket Menyangkut Perilaku
Manusia
•
Etika Dan Etiket Mengatur Perilaku
Manusia
Secara Normatif
Perbedaan :
•
Etiket Menyangkut Cara Suatu Perbuatan Harus
Dilakukan , Etika Memberi Norma Tentang Perbuatan Itu Sendiri
•
Etiket Hanya Berlaku Dalam Pergaulan, Etika
Berlaku Meskipun Tidak Ada Saksi Mata
•
Etiket Bersifat Relatif, Sedangkan Etika Lebih
Mutlak
•
Etiket Terfokus Pada Bentuk Lahiriah, Sedangkan
Etika Menyangkut Sesuatu Segi Manusia
Dari Dalam (Batin)
ETIKA
Berfungsi
sebagai SARANA ORIENTASI (Peninjauan)
untuk
menentukan sikap, arah yang tepat dan benar bagi
usaha manusia untuk menjawab
suatu pertanyaan yang
amat fundamental
Bagaimana saya hidup dan bertindak?
ETIKA
- Adalah
suatu ilmu dan bukan ajaran
-
Merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran dan pandangan moral
- Mau
mengerti bagaimana kita dapat mengambil
sikap
yang bertanggung jawab berhadapan
dengan
pelbagai ajaran moral
- Tidak
berwenang untuk menetapkan apa yang
boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan
AJARAN MORAL
Suatu patokan yang dapat berbentuk lisan atau tulisan
Bertujuan agar manusia hidup dan bertindak yang
baik
Bersumber langsung pada tradisi; adat istiadat, ajaran agama atau ideologi
MORALITAS………..memberi kita satu kemungkinan untuk
menyelesaikan konflik, yakni jalan untuk membatasi konflik yang memungkinkan tetap
berlangsungnya hubungan-hubungan personal melawan fakta keras dan jelas tak
terhindarkan dalam bentuk kesalahpahaman, harapan yang tidak sesuai secara
timbal balik, komitmen, loyalitas, minat dan kebutuhan……...
Stanley Cavell
- Etika
-
Moralitas
-
Manusia
-
Lingkungan
-
Konflik
-
Kebenaran
TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
- Meningkatkan kemampuan dalam menghadapi persoalan moral yang timbul karena kegiatan ilmiah
- Memperkuat daya penalaran secara efektif dalam menjawab pertanyaan moral
- Memperkuat otonomi moral
OTONOMI MORAL
Otonomi = mengatur diri sendiri atau independen
Otonomi moral :
Kemampuan untuk berpikir secara rasional tentang isu moral atas landasan
kepedulian moral Berakar dari pelatihan yang didapat selama usia anak-anak
dalam kepekaan terhadap hak dan kebutuhan orang lain
PERANAN KODE ETIK
1. Inspirasi dan
tuntunan
Kode
etik dapat menimbulkan inspirasi dan menjadi
tuntunan yang bersifat umum dalam berperilaku
secara
etis
2. Dukungan
Kode
etik dapat memberi dukungan dalam
berperilaku etis dan dukungan hukum di pengadilan
terhadap permasalahan moral
3. Pencegahan dan
disiplin
Kode
etik dapat berfungsi sebagai basis
formal
yang dapat mencegah perbuatan
amoral
dan dapat meningkatkan disiplin
dalam
berperilaku profesional
4. Pendidikan dan
pemahaman timbal balik
Kode
etik dapat digunakan sebagai bahan diskusi dan refleksi permasalahan moral
dalam mendorong terciptanya pemahaman timbal balik di antara para pelaku
profesional
5. Mendukung
citra profesi di mata publik
Kode etik dapat meningkatkan citra positif suatu
profesi di mata publik
KASUS CHALENGER
- Segel/sederhana penyambung kedua segmen roket pendorong tidak berhasil menahan gas panas dari bahan bakar
- Keputusan 14 ilmuwan di MORTON THIOKOL pada malam sebelum peluncuran adalah penundaan peluncuran pesawat
- Walaupun demikian kesepakatan Manajer puncak THIOKOL dan EKSEKUTIF NASA adalah tetap meluncurkan pesawat
- Akibatnya terjadi kematian seluruh awak pesawat
Siapa yang bertanggung jawab atas musibah ini ?
Bagaimana peristiwa tragis itu dapat dicegah ?
PENDEKATAN ISU MORAL
ADA DUA SISI PANDANGAN
- Pandangan dari sisi MIKRO
–
berasal dari lingkungan terdekat
–
problem moral bersifat sederhana
–
sifatnya terus menerus dan sering menjengkelkan
2.
Pandangan dari sisi MAKRO
–
melibatkan refleksi atas kondisi moral masyarakat
YANG BENAR ?
Yang diperlukan adalah adanya interaksi
berkesinambungan antara kedua pandangan di atas
Misal
:
Bahan
baku Proses Produk jadi
( metoda , alat )
CONTOH KASUS MORAL
1.
Petugas Q.C menemukan ketidakberesan suatu alat
produksi. Kemudian dia memberi tanda pada alat agar tidak dipakai dulu dan
diperbaiki. Manajer produksi melihat bahwa tanda itu tidak perlu, karena hanya
masalah kecil. Tujuannya agar produksi tetap jalan. Petugas QC protes, tetapi
malah dikenai sangsi indisipliner
PENDEKATAN MASALAH SISI MIKRO
2.
Suatu pabrik akan memperluas lahan produksinya.
Realisasi pembangunannya diserahkan pada
sebuah kontraktor. Dalam desain pabrik yang dibuat berfokus utamanya pada
kenyamanan dan keamanan pegawai. Ternyata setelah digunakan menimbulkan
pengaruh limbah ke masyarakat . Pihak pabrik menyalahkan kontraktor masalah
tentang ini. Namun jawab kontraktor, masalah limbah adalah tugas instansi lain
PENDEKATAN MASALAH SISI MAKRO
3.
Bagian R & D membuat rencana produk baru.
Rencana baru dijalankan, bagian pemasaran sudah mempromosikan dalambentuk iklan
yang menggebu . Asumsi masyarakat produk telah tersedia di pasaran dengan
kualitas yang dapat diandalkan..Faktanya, produk tidak ada di pasaran, sehingga
masyarakatmenuntut ke pabrik. Akibatnya bagian R & D menyalahkan pada bagian
pemasaran. Disisi lain bagian pemasaran menuding bagian R&D dengan anggapan kerja yang lambat.
PENDEKATAN MASALAH SISI MIKRO DAN MAKRO
ISU MORAL DAPAT TERJADI ANTARA :
- PERSON DENGAN PERSON
- PERSON DENGAN INSTITUSI
- INSTITUSI DENGAN INSTITUSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar