Selasa, 14 Januari 2014

ILMU PERILAKU DAN ETIKA PROFESI FARMASI




Konsep Perilaku Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna
Manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk hidup yang lain, seperti perilakunya.
Perilaku manusia berbeda dengan perilaku makhluk hidup yang lain seperti dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dapat dikendalikan oleh rasio dan emosinya (lebih berbudaya). Berbeda dengan hewan yang dalam memenuhi kebutuhan biologisnya dapat melakukan dimana saja dan kapan saja.
Pikiran dan Lingkungan sosial budayalah yang mempengaruhi perilaku  manusia tidak semata-mata karena dorongan biologis dan seks saja.
Oleh sebab itu, sama-sama manusia tetapi berbeda lingkungan budayanya akan menghasilkan perilaku yang  berbeda pula.
Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup lain, bahkan diantara sesama manusia pun perilakunya berbeda-beda seiring dengan lingkungan sosio-budayanya.
Teori-teori dan konsep tentang manusia berbeda-beda menurut para ahli dilihat dari sekumpulan-sekumpulan perilaku orang yang hidup pada zamannya
Homo Sapiens : Manusia adalah makhluk hidup yang selalu aktif dan tidak pasif
Homo Ludens : dalam menjalankan kehidupannya manusia tidak hanya menerima lingkungan apa adanya (manusia adalah pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungan)
Homo Violens : menganggap bahwa manusia itu digerakkan oleh keinginan-keinginan yang terpendam.
Homo Mechanicus : memandang manusia sebagai mesin yang selalu berputar, berkerja, beraktivitas dan sebagainya dalam mengisi kehidupannaya.(manusia hanya aspek fisik saja seperti mesin dan tidak mempunyai aspek rohani dan spiritual)
     A.    Perilaku dari Pandangan Psikologis
Aliran-Aliran Psikologi yang muncul sesuai dengan perkembangan sudut pandang masing-masing
1.      Aliran Psikoanalisis (Freud)
Perilaku manusia didasari oleh naluri primitif (Sex)
2.       Aliran Behaviorisme
Menganalisa perilaku manusia hanya dari gejala yang tampak saja
3.       Aliran Psikologi Kognitif
(Aliran Rasionalisme) perilaku manusia terbentuk bukan semata-mata berdasarkan respon atau reaksi terhadap lingkungan tetapi sebelum merespon melalui proses kognitif (pemikiran dan pemahaman) terlebih dahulu
4.      Aliran Psikohumanistik
Mengacu kepada aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme (manusia hidup dalam suatu dunia yang dipersepsikan dan diinterprestasikan secara subjektif)
1.      Aliran Psikoanalisa (Freud)
Perilaku manusia didasari oleh naluri primitif (Sex)
Tokoh : Sigmund Freud
Perilaku ditentukan oleh struktur kepribadian yaitu
1. Das Es (The Id) :
Aspek kepribadian pertama adalah aspek biologis (mencari kenikmatan dan menghindari bahaya)
2. Das Ich (The Ego) :
Aspek Psikologi kepribadian berhubungan dengan realitas. Dalam pemenuhan aspek biologis seseorang menyesuaikan dengan kenyataan dan kondisi dunia riil
3. Das Uber Ich (The Super Ego) :
Aspek Sosiologis kepribadian berhubungan dengan nilai-nilai moral. Dalam pemenuhan aspek biologis seseorang dikendalikan oleh nilai-nilai umum (moral) yang diciptakan oleh lingkungan manusia (aspek sosiologis), Nilai-nilai moral ini disebut Super Ego, Hati nurani manusia itu sendiri.
Menurut Psikoanalisis (Freud) :
 Perilaku manusia ditentukan oleh kepribadiannya,
Kepribadiannya ditentukan oleh prinsip pencarian kenikmatan dan penghindaran ketidak nikmatan (Aspek Biologis),
Dalam pencapaian dan penghindaran tersebut, perilaku manusia akan menyesuaikan dengan realitas (Aspek Psikologis), serta dikendalikan oleh norma-norma sosial (Aspek Sosiologis), yang adalah juga hati nurani manusia.
2. Aliran BehaviorismeMenganalisa perilaku manusia hanya dari gejala yang tampak saja
Konsep Behaviorisme menganalisa perilaku manusia dari gejala yang tampak saja, yang dapat diukur dan diramalkan.
Konsep Behaviorisme menganut teori belajar, karena mereka mengakui bahwa seluruh perilaku manusia (kecuali insting) adalah hasil dari belajar.
Pada perkembangannya aliran behaviorisme berkembang menjadi beberapa aliran :
Aliran Empirisme
Aliran Nativisme
Aliran Naturalisme
Aliran Konvergensi
Aliran Empirisme
Tokohnya adalah Aristoteles kemudian dilanjutkan oleh John Locke (1632-1704)
Manusia lahir dalam keadaan kosong seperti meja lilin atau kertas kosong (tabula rasa), lingkunganlah yang nantinya akan mewarnainya..
Pengalaman indra sangat dominan dalam membentuk perilaku manusia.
Aliran ini juga sering disebut dengan aliran optimisme dimana lingkungan berkuasa penuh atas terbentuknya perilaku manusia
Salah satu kritikan terhadap aliran ini yaitu “Kenapa lingkungan sams pada sekelompok anak, tetapi perilaku berbeda?”
Aliran Nativisme
Tokohnya adalah Schopenhouer (1788 – 1860)
Nativis berasal dari kata natal yaitu Lahir
Menurut aliran ini perilaku manusia itu sudah bawaan ditentukan dari lahir/kelahiran
Aliran ini juga disebut aliran pesimisme karena pendidikan dan lingkungan tidak mempunyai peran apapun dalam mempengaruhi, membentuk dan menentukan  perilaku manusia.
Aliran Naturalisme
Tokohnya adalah Jan Jack Rousseau (1712-1778)
Hampir sama dengan aliran nativisme yang berorientasi kepada kelahiran atau bawaan lahir..
Bedanya jika nativisme beranggapan bahwa bawaan lahir tidak bisa dirubah oleh lingkungan, jika baik maka baik jika tidak baik maka hasilnya akan tidak baik juga.
Naturalisme beranggapan manusia lahir dalam keadaan yang sangat baik akan tetapi lingkungan dan pendidikanlah yang dapat merubahnya menjadi tidak lebih baik.
Aliran ini juga sering disebut dengan aliran negativisme karena berkeyakinan bahwa lingkungan dan pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap perilaku manusia
Salah satu kritikan terhadap aliran ini yaitu “Kenapa lingkungan sams pada sekelompok anak, tetapi perilaku berbeda?”
Aliran Konvergensi
Tokohnya adalah William Stern (1871-1939) seorang ahli pendidikan dari Jerman
Aliran Konvergensi merupakan perpaduan antara empirisme dan nativisme yaitu bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh lingkungan, pendidikan dan pembawaan yang keduanya berperan secara bersama-sama. (perilaku dapat dikembangkan tetapi mempunyai keterbatasan-keterbatasan yakni pembawaan.
3.Aliran Psikologi Kognitif
(Aliran Rasionalisme) perilaku manusia terbentuk bukan semata-mata berdasarkan respon atau reaksi terhadap lingkungan tetapi sebelum merespon melalui proses kognitif (pemikiran dan pemahaman) terlebih dahulu
Psikologi kognitif bersumber pada aliran rasionalisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan Rene Descartes (1596-1650).
Aliran ii menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang menjadi alat utama untuk pengetahuan, bukan indra. Jiwalah yang menjadi alat utama untuk menafsirkan hasil pengamatan indra menjadi pengetahuan, mulai dari mencipta mengorganisasikan dan penafsiran, dan mencari makna.
Pada kenyataannya tidak semua stimulus yang ditangkap melalui indra diolah menjadi pengetahuan yang akhirnya menghasilkan perilaku.
Manusia bukan merupakan makhluk yang bereaksi pasif terhadap lingkungannya, tetapi manusia berusaha memahami (berfikir) mengenai lingkungannya.
Banyak ahli yang mendasarkan teorinya pada konsep psikologi kognitif ini diantaranya :
Teori Kurt Lewin
Perilaku manusia dilihat dalam konteksnya, bukan sekedar respon dan stimulus, tetapi produk dari berbagai gaya psikologis yang disebut ruang hayat (life space) yang mempengaruhinya secara spontan.
Rumus Perilaku menurut Lewin :
Behaviorisme = Fungsi  (Person, Environment)
Perilaku merupakan fungsi dari person dan lingkungan psikologisnya
Festinger
Makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan atau konsistensi dalam sistem  kepercayaannya dan diantara sistem kepercayaan dengn perilaku, yang disebut teori disonan (suatu ketidak cocokan antara dua kognitif, pengetahuan atau kepercayaan –keyakinan-).
Perilaku adalah keseimbangan antara 2 kognisi, yakni :
  1. Kognisi Disonan;
            Kondisi atau pengetahuan (kognisi) negatif yang menyebabkan orang resah. (orang berusaha mencari pembenaran)
b.         Kognisi Konsonan;
            Pemahaman atau pengetahuan (kognisi) Positif yang dapat melawan kognisi negatif yang menyebabkan keresahan tersebut hilang.
4.Aliran Psikohumanistik
Mengacu kepada aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme (manusia hidup dalam suatu dunia yang dipersepsikan dan diinterprestasikan secara subjektif)
Setiap individu manusia mengalami dunia dengan caranya sendiri, meskipun hidup dilingkungan yang sama akan tetapi cara menginterprestasikan dunia atau lingkungannya berbeda sehingga akan menghasilkan pengalaman yang berbeda pula.
Aliran humanistik menekankan bahwa pentingnya kewajiban individu pada manusia lain. Individu atau orang ada karena adanya orang lain.
Dia Eksist atau keberadaannya dalam konteks orang lain atau lingkungan sosialnya.
Frankl (1967) yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1993) mengatakan bahwa manusia itu unik ; keunikan manusia adalah pentingnya nilai dna makna serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Carl Rogers (1973) membuat asumsi-asumsi :
Bahwa setiap manusia dalam pengalamannya yang bersifat pribadi, baik sebagai aku (theI), ku (me), maupun diriku (my self) adalah menjadi “pusat”.
Hal ini berarti bahwa apa yang dilakukan atau perilaku manusia adalah berpusat pada konsep diri
Bahwa manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan dirinya sendiri
Bahwa manusia sebagai individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya
Ia bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya
Bahwa anggapan adanya ancaman terhadap dirinhya akan diikuti oleh pertahanan diri
Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri
Untuk itu, dalam kondisi yang normal manusia akan berperilaku rasional dan konstruktif
B. Faktor Personal Perilaku Manusia
C. Faktor Situasional Perilaku Manusia
D. Dasar Psikologi Perilaku
E. Batasan Perilaku
F. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku
G. Ranah (Domain) Perilaku
H. Promosi Kesehatan Dan Perilaku
I. Teori - Teori Perilaku

Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
     A.    Intelegence Quotient (IQ)
Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Para Ahli
Komunikasi yang dilakukan dan dirancang untuk tujuan terapi
(Suryani, 2005)
Komunikasi yang direncanakan Secara Sadar, Bertujuan dan
Kegiatannya dipusatkan untuk Kesembuhannya.
(Purwanto, 1994)
Hubungan perawat – klien yang harmonis sehingga perawat dapat merubah prilaku klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Stuart & Sundeen)
Komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan
(Universal)
    B.     Emotional Intelegence (EI)
    C.     Spiritual Quotient(SQ)
    D.    Bagan IQ, EI dan SQ
E.   E. ESQ Way 165


Daya Tarik Interpersonal
Salah satu hal yang mendasari terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh seseorang tertarik dengan orang lain.
Apabila ada daya tarik di antara mereka atau semakin besar ketertarikan mereka maka kemungkinan terjadinya hubungan jauh lebih besar
Dalam situasi yang ramai atau kondusif sekalipun untuk melakukan hubungan interpersonal yang baik bisa saja tidak akan terjadi jika tidak melibatkan ketertarikan
Misal ; seorang perempuan duduk sendirian sekalipun tidak akan didekati oleh laki-laki yang tidak mempunyai ketertarikan terhadap perempuan tersebut.
Begitu juga sebaliknya bila ada situasi yang tidak memungkinkan sekalipun jika adanya daya tarik yang terjadi pasti akan selalu diusahakan bagaimanapun caranya.
Ada juga hubungan sosial yang dibangun tidak dari ketertarikan seperti ; perjodohan, perkenalan karena duduk bersebelahan dikelas, namun dapat diramalkan jika terjadi hubungan berkelanjutan, faktor ketertarikan pastilah mewarnai hal tersebut
Ketertarikan tidak semata-mata masalah wajah dan fisik saja tetapi bisa berbeda-beda seperti ketertarikan pedagang dengan seseorang lebih karena ketertarikan relasi yang mendatangkan keuntungan sehingga ketertarikan ekonomis yang terjadi begitu juga dengan yang lainnya
      A.    Pengertian Daya Tarik Interpersonal
Ketertarikan = Sikap Positif Terhadap Orang Lain
Pengertian daya tarik sering terlalu sempit,sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya tarik fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik.
      B.     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tarik Interpersonal
Secara Garis Besar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketertarikan
1)      Karakteristik Aktor
a.       Daya Tarik Fisik
“beauty is a greater recommendation than any letter of introduction”
(Aristoteles)
Hal yang biasa menjadi penilaian awal adalah penampilan, orang lebih suka dengan sesuatu yang menarik dari pada yang kurang, sehingga dapat kita simpulkan bahwa poin daya tarik fisik memberikan kontribusi penilaian yang signifikan.
b.         Kompetensi
Kompetensi seperti kecerdasan, kemampuan, skil yang tinggi, prestasi dan merupakan kualitas tersendiri yang tidak semua orang memilikinya dalam tahap yang memuaskan
c.         Karakteristik Menyenangkan
be nice or do something nice.
Orang yang lucu, ramah, santun, penolong, sabar dan memiliki berbagai karakter menyenangkan lain, terbukti memiliki lebih banyak teman atau mendapat lebih banyak simpati, begitu juga sebaliknya
2)      Faktor Penilai
      Setiap individu memiliki kriteria tertentu, terutama yang bersifat subyektif, dalam memberi penilaian pada orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, maupun yang bersifat pribadi ikut berpengaruh dalam menilai. Dalam kaitan ini pembahasan akan lebih menitikberatkan pada faktor yang ada dalam diri penilai itu sendiri
Yang lebih dominan dalam faktor penilai ini adalah Kondisi Afektif seseorang dan Pengalaman yang pernah dirasakan
3)      Variabel-Variabel Interpersonal
a.       Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita, dalam sikap, nilai, minat, latar belakang, dan kepribadian. Banyak kebenaran dalam pepatah kuno bahwa “burung yang sebulu berkumpul bersama.”
Ada 2 (dua) alasan yang membuat orang suka akan kesamaan
Pertama : Kesamaan mendatangkan ganjaran
Orang yang memiliki kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.
Kedua : Rasa suka berasal dari teori keseimbangan kognitif
orang berusaha mempertahankan keselarasan atau konsistensi di antara sikap mereka, Kita memaksimalkan keseimbangan kognitif dengan menyukai orang yang mendukung pandangan kita dan tidak menyukai orang yang menentangnya
Catatan : tidak selamanya kesamaan itu menjadi pilihan dalam pribadi setiap orang Karena Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kita sangat terbuka terhadap
ganjaran perbedaan bila kita merasa bahwa orang lain menerima kita.
b.         Keakraban
Alasan Keakraban dapat meningkatkan rasa suka?
Asumsinya Bila orang semakin akrab, mereka semakin mirip dengan diri kita sendiri
Eksposur yang berulang pasti meningkatkan pengenalan kita tentang seseorang, dan mungkin ini merupakan langkah awal yang berguna untuk menyukainya. Bila orang semakin dikenal, mereka juga semakin dapat diduga. Semakin sering kita melihat tetangga baru di lingkungan perumahan kita, semakin banyak yang kita pelajari tentang dia dan semakin baik prediksi yang dapat kita buat tentang bagaimana dia akan berperilaku di halaman rumah dan di pertemuan wilayah. Akibatnya kita merasa lebih nyaman bila dia hadir.
c.         Kedekatan
Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita, dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai
Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologik, sehingga kita mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita. Salah satu formulasi dari teori ini diajukan oleh Fritz Heider (1958). Dia membedakan antara hubungan kesatuan (unit relations) dan hubungan perasaan (sentiment relations) orang atau objek yang “menyatu” terdiri dari satu kesatuan.
Gagasan dasar teori keseimbangan Heider adalah bahwa kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita.
Pengaruh kedekatan menyatukan banyak factor
Pertama, kedekatan biasnya meningkatkan keakraban. 
Kedua, kedekatan sering berdekatan dengan kesamaan.
Ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh.
Keempat tentang pengaruh kedekatan didasarkan pada konsistensi kognitif.
4)      Faktor Kondisi yang ada atau yang menyertai
a.       Hubungan Yang Erat
Suatu hubungan terbentuk pada saat dua orang menjadi saling tergantung satu sama lain, yaitu bila yang satu mempengaruhi yang lain. Suatu hubungan disebut erat bila terdapat interaksi yang kerap, melibatkan berbagai bentuk interaksi dan saling pengaruh yang kuat. Model interdependesi antar dua orang di kembangkan oleh Levinger dan Snoek (1972), yaitu:
1)      Zero contact (dua orang yang belum mempunyai hubungan):
2)      Menyadari (sikap atau kesan satu pihak):
3)      Kontak permukaan (sikap atau kesan dua pihak):
4)      Mutualis (kesalingan):
bila derajat interdependesi bertambah, orang memasuki Mutualis. Dalam hubungan ini ada 3 hal, yaitu:  .
Pertama, ada frekuensi interaksi yang kerap untuk waktu yang relatif panjang.
Kedua, hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan atau peristiwa.
Ketiga, saling pengaruh yang kuat mewarnai hubungan kedua orang tersebut
dua orang yang memiliki interpendensi yang kuat memiliki potensi untuk saling membangkitkan emosi yang kuat pula
b.      Perspektif Teori Pertukaran Sosial
orang sangat memperhatikan hasil (keuntungan dan kerugian) yang dapat mereka terima dari suatu hubungan
     1)      Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan adalah segala hal yang diperoleh seseorang dalam hubungan, seperti rasa dicintai atau juga keuangan..
Keuntungan dibagi menjadi 6 bentuk dasar: cinta, uang, status, informasi, barang, dan jasa
Keenam bentuk tersebut diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. 
Pertama, dimensi partikularisme,
termasuk bentuk-bentuk keuntungan yang nilainya tergantung pada pemberi. Nilai cinta, atau yang lebih jelas.
Bentuk-bentuk ungkapannya seperti pelukan, ciuman, sangat tergantung pada siapa yang memberi.
Jadi cinta adalah keuntungan yang bersifat partikular (khusus).
Sebaliknya uang akan selalu dipandang bermanfaat tanpa memperdulikan siapa pemberinya; uang merupakan keuntungan yang bersifat non partikular atau universal. 
Keduadimensi keberwujudan(concreteness),
Membedakan keuntungan yang bersifat nyata,
Sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dengan keuntungan yang niskala atau yang bersifat simbolik seperti nasihat atau kedekatan sosial
Kerugian merupakan konsekuensu negatif dari suatu hubungan.
      2)      Mengevaluasi Hasil
Umumnya orang tidak menilai hubungan secara sadar dan sistematik, tetapi proses dasarnya tercermin dalam pernyataan-pernyataan seperti
Hubungan ini memberikan banyak keuntungan untuk saya“ atau
Rasanya hubungan ini tidak perlu dilanjutkan lagi.”
Orang menggunakan beberapa tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok ukur yang paling sederhana adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau merugikan.
Tolok ukur yang juga penting adalah dengan membanding-bandingkan sejumlah hubungan, membandingkan suatu hubungan dengan bentuk hubungan lain yang pernah kita alami atau kita kenal.
Thibaut dan Kelley (1959) menekankan dua bentuk tolok ukur perbandingan utama :
Tingkat perbandingan mencerminkan kualitas hasil yang menurut seseorang pantas di terima.
(keyakinan pribadi tiap tiap orang tentang hal-hal apa saja ynag seharusnya ada, tidak ada, atau mempengaruhi hubungan)
tolok ukur dasar untuk suatu hubungan berbeda dengan tolok ukur untuk hubungan yang lain
Tingkat perbandingan untuk alternatifdi sini orang menilai perbandingan antara suatu hubungan dengan hubungan lain yang yang dapat dipilih pada saat yang sama.
Bahkan bila suatu hubungan menguntungkan secara absolut kita dapat saja meninggalkannya jika kita dapat menjangkau alternatif lain yang lebih menguntungkan, dan sebaliknya
     3)      Koordinasi Hasil
Fakta yang penting adalah bahwa dalam suatu hubungan, hasil yang diperoleh salah satu pihak berkaitan erat dengan hasil yang diperoleh pihak lain.
Thibaut dan Kelley (1959) :
Hasil yang berkorespendensi:
apa yang dianggap baik oleh yang satu dianggap baik pula oleh yang lain,
apa yang dianggap buruk oleh yang satu dianggap buruk pula oleh yang lain
Hasil yang tidak berkorespondensi:
bila kedua pihak yang terlibat memiliki pilihan dan nilai-nilai yang jauh berbeda,
dan kemungkinan untuk terjerumus dalam pertentangan dan masalah
koordinasi hasil akan semakin besar
     4)      Pertukaran yang Adil
Orang sering mempersoalkan keadilan dalam suatu hubungan.
 Tiga buah aturan utamanya adalah :
a.       kesamaan,
b.      kebutuhan relatif,
c.       dan keadilan.
Keadilan terjadi bila hasil yang diperoleh seseorang sebanding dengan andil yang dia berikan untuk mendukung kelangsungan hubungan tersebut
Menurut teori keadilan ini, bila pihak-pihak yang terlibat merasakan adanya ketidakadilan dalam hubungan mereka, mereka akan merasa tertekan dan terdorong untuk berusaha memulihkannya
       5)      Kepuasan dan Keterikatan
Keterikatan meliputi segala upaya, positif maupun negatif, yang membuat seseorang tetap berada dalam suatu hubungan.
Faktor-faktor yang positif meliputi kepuasan, rasa suka, dan cinta.
Faktor-faktor negatifnya meliputi segala kendala yang membuat seseorang menderita kerugian bila dia meninggalkan suatu hubungan.
Dua kendala yang paling penting adalah tidak adanya pilihan lain dan investasi yang telah ditanamkan dalam suatu hubungan.
Keterikatan menunjuk pada segala kekuatan, baik yang positif maupun negatif, yang berfungsi untuk mempertahankan individu dalam suatu hubungan.
Dalam sebagian besar hubungan, kepuasan dan keterikatan senantiasa berjalan berdampingan.
Bila sepasang remaja mulai merasakan hal-hal yng istimewa dalam hubungan mereka, keduanya akan mulai membangun keterikatan. Mereka tidak lagi berkencan dengan orang lain, mulai saling bertukar tanda mata, selalu menikmati berbagai kegiatan berdua. Bila kelak hubungan itu berkembang menjadi hubungan cinta, mereka mulai melakukan berbagai hal untuk mewujudkan perasaan mereka dan merencanakan langkah-langkah untuk membangun masa depan bersama
       6)      Konflik
konflik sering terjadi dalam hubungan yang erat ( Peterson, 1983).
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa konflik akan selalu muncul pada hubungan yang dirasa amat sempurna sekalipun
Menurut Gurin dan kawan-kawannya, 32 persen pasangan yang menilai pernikahan mereka sangat membahagiakan melaporkan bahwa mereka juga pernah mengalami pertentangan.
c.       Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri atau keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif ( Morton, 1978).
     Dalam pengungkapan diri deskriptif kita meukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui orang lain.
Dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi bahwa kita menyukai orang-orang tertentu, bahwa kita merasa cemas  karena terlalu gemuk, bahwa kita tidak suka bangun pagi.
       1)      Pengungkapan Diri dan Rasa Suka
            Rasa suka merupakan sebab penting dari pengungkapan diri. Orang lebih sering mengungkapakan dirinya pada pasangan hidupnya atau pada sahabatnya daripada terhadap rekan sekerja atau teman biasa.
            Kita akan lebih menyukai orang lain yang dapat mengungkapkan diri pada situasi yang tepat ( Derlega & Ckaikin, 1975)
            Altman dan Taylor (1973) berpendapat bahwa pengungkapan diri dapat menimbulkan rasa suka bila langkah-langkahnya dijaga sebaik mungkin. Tahap-tahap pengugkapan diri itu cukup lambat agar kedua pihak tidak merasa terancam. Bila perkembangan berlangsung terlampau cepat, orang akan merasa cemas, dan akan muncul kecenderungan untuk melindungi diri. Seseorang yang “terlalu memaksa , datang terlalu cepat”, akan kurang disukai
      2)      Timbal Balik
            Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan merasa wajib memberikan reaksi yang sepadan. sifat timbal balik dalam pengungkapan diri merupakan faktor yang menentukan apakah kita akan menyukai seseorang atau tidak
d.        Cinta
Salah satu peneliti pertama yang mempelajari cinta romantis adalah Zick Rubin (1970,1973). Dia mersa tertarik untuk mempelajari hubungan antara cinta dan rasa suka. Salah satu pandangan mengatakan bahwa:
 cinta adalah bentuk rasa suka yang amat kuat.
pandangan yang berlawanan dengan yang pertama tadi, yang dianggap lebih unggul oleh Rubin, mengatakan bahwa cinta dan rasa suka memiliki unsur-unsur yang berbeda dan merupakan dua dimensi yang berlainan. Pandangan ini nampaknya sesuai dengan pepatah kuno yang mengatakna bahwa dapat saja kita sangat menyukai seseorang tetapi tidak mersa jatuh cinta padanya, dan sebaliknya, kita dapat tergila-gila mencintai seseorang yang sebetulnya tidak terlalu disukai.
Komunikasi Non Verbal
     A.    Jenis – Jenis Komunikasi Non Verbal
     B.     Fungsi Komunikasi Non Verbal
     C.    Variasi Budaya dalam Komunikasi Non Verbal

ETIKA  ,    ETIS   ,  MORAL
Etika   Dan   Adat Kebiasaan
           Etika Berasal Dari Kata Ethos
           Ethos : - Tempat Tinggal Biasa
                    -  Padang Rumput
                    -  Kandang
                    -  Kebiasaan
                    -  Akhlak , Watak
                    -  Perasaan, Sikap
                    -  Cara Berfikir
           Bentuk Jamak Etha
                    -  Adat  Kebiasaan
ETIKA
         Ilmu  Tentang  Apa  Yang  Biasa  Dilakukan  Atau    Ilmu Tentang Adat Kebiasaan
         Ilmu Tentang Apa Yang Baik Dan Apa Yang Buruk, Dan Tentang Hak Dan Kewajiban Moral
         Kumpulan  Asas  Atau  Nilai  Yang  Berkenaan  Dengan Akhlak
         Nilai   Mengenai Benar  Dan  Salah  Yang  Dianut Oleh  Golongan  Atau   Masyarakat
Etika Dan Etiket
Etika  Berkaitan Erat Dengan Moral
Etiket Berkaitan Dengan Masalah  Sopan Santun
Etika   Dari  Ethics
Etiket  Dari  Etiquette
Persamaan :
           Etika Dan Etiket Menyangkut Perilaku Manusia
           Etika Dan Etiket Mengatur Perilaku Manusia
Secara Normatif
Perbedaan :
           Etiket Menyangkut Cara Suatu Perbuatan Harus Dilakukan , Etika Memberi Norma Tentang Perbuatan Itu Sendiri
           Etiket Hanya Berlaku Dalam Pergaulan, Etika Berlaku  Meskipun Tidak Ada Saksi Mata
           Etiket Bersifat Relatif, Sedangkan Etika  Lebih  Mutlak
          Etiket Terfokus Pada Bentuk Lahiriah, Sedangkan Etika Menyangkut Sesuatu Segi  Manusia Dari Dalam (Batin)
  ETIKA
  Berfungsi sebagai SARANA ORIENTASI (Peninjauan)
  untuk menentukan sikap, arah yang tepat dan benar bagi
  usaha  manusia untuk menjawab suatu pertanyaan  yang
   amat  fundamental               
                  Bagaimana saya hidup dan bertindak?
ETIKA
-    Adalah suatu ilmu dan bukan ajaran
-    Merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan
     mendasar tentang ajaran dan pandangan moral
-    Mau mengerti bagaimana kita dapat mengambil
     sikap yang bertanggung jawab berhadapan
     dengan pelbagai ajaran moral
-   Tidak berwenang untuk menetapkan apa yang
     boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
     dilakukan
AJARAN MORAL
Suatu patokan yang dapat berbentuk lisan atau tulisan
Bertujuan agar manusia hidup dan bertindak yang baik
Bersumber langsung pada tradisi; adat istiadat,  ajaran agama atau ideologi
MORALITAS………..memberi kita satu kemungkinan untuk menyelesaikan konflik, yakni jalan untuk membatasi konflik yang memungkinkan tetap berlangsungnya hubungan-hubungan personal melawan fakta keras dan jelas tak terhindarkan dalam bentuk kesalahpahaman, harapan yang tidak sesuai secara timbal balik, komitmen, loyalitas, minat dan kebutuhan……...                                                  
Stanley Cavell
-    Etika
-    Moralitas
-    Manusia
-    Lingkungan
-    Konflik
-    Kebenaran
TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
  1. Meningkatkan kemampuan dalam menghadapi persoalan moral yang timbul karena kegiatan ilmiah
  2. Memperkuat daya penalaran secara efektif dalam menjawab pertanyaan moral
  3. Memperkuat  otonomi moral
OTONOMI MORAL
Otonomi = mengatur diri sendiri atau independen
Otonomi moral :
Kemampuan untuk berpikir secara rasional tentang isu moral atas landasan kepedulian moral Berakar dari pelatihan yang didapat selama usia anak-anak dalam kepekaan terhadap hak dan kebutuhan orang  lain
PERANAN KODE ETIK
1.  Inspirasi dan tuntunan
     Kode etik dapat menimbulkan inspirasi dan menjadi
     tuntunan yang bersifat umum dalam berperilaku
     secara etis
2.  Dukungan
     Kode etik dapat memberi dukungan dalam
     berperilaku etis dan dukungan hukum di pengadilan
     terhadap permasalahan moral
3.  Pencegahan dan disiplin
     Kode etik dapat berfungsi sebagai basis
     formal yang dapat mencegah perbuatan
     amoral dan dapat meningkatkan disiplin
    dalam berperilaku profesional
4.  Pendidikan dan pemahaman timbal balik
            Kode etik dapat digunakan sebagai bahan diskusi dan refleksi permasalahan moral dalam mendorong terciptanya pemahaman timbal balik di antara para pelaku profesional
5.  Mendukung citra profesi di mata publik
Kode etik dapat meningkatkan citra positif suatu profesi di mata publik
KASUS  CHALENGER
  1. Segel/sederhana penyambung kedua segmen roket pendorong tidak berhasil menahan gas panas dari bahan bakar
  2. Keputusan 14 ilmuwan di MORTON THIOKOL pada malam sebelum peluncuran adalah penundaan peluncuran pesawat
  3. Walaupun demikian kesepakatan Manajer puncak THIOKOL dan EKSEKUTIF NASA adalah  tetap meluncurkan pesawat
  4. Akibatnya terjadi kematian seluruh awak pesawat
Siapa yang bertanggung jawab atas musibah ini ?
Bagaimana peristiwa tragis itu dapat dicegah ?
PENDEKATAN ISU MORAL
ADA DUA SISI PANDANGAN
  1. Pandangan dari sisi MIKRO
        berasal dari lingkungan terdekat
        problem moral bersifat sederhana
        sifatnya terus menerus dan sering menjengkelkan
2.      Pandangan dari sisi MAKRO
        melibatkan refleksi atas kondisi moral masyarakat
                                                YANG BENAR      ?
Yang diperlukan adalah adanya interaksi berkesinambungan antara kedua pandangan di atas
  
            Misal :
            Bahan baku                           Proses                  Produk jadi
                  
                                                  ( metoda , alat )
                  
CONTOH KASUS MORAL
1.      Petugas Q.C menemukan ketidakberesan suatu alat produksi. Kemudian dia memberi tanda pada alat agar tidak dipakai dulu dan diperbaiki. Manajer produksi melihat bahwa tanda itu tidak perlu, karena hanya masalah kecil. Tujuannya agar produksi tetap jalan. Petugas QC protes, tetapi malah dikenai sangsi indisipliner
                        PENDEKATAN  MASALAH                SISI MIKRO
2.      Suatu pabrik akan memperluas lahan produksinya. Realisasi pembangunannya  diserahkan pada sebuah kontraktor. Dalam desain pabrik yang dibuat berfokus utamanya pada kenyamanan dan keamanan pegawai. Ternyata setelah digunakan menimbulkan pengaruh limbah ke masyarakat . Pihak pabrik menyalahkan kontraktor masalah tentang ini. Namun jawab kontraktor, masalah limbah adalah tugas instansi lain
                       
                        PENDEKATAN  MASALAH                SISI MAKRO
3.      Bagian R & D membuat rencana produk baru. Rencana baru dijalankan, bagian pemasaran sudah mempromosikan dalambentuk iklan yang menggebu . Asumsi masyarakat produk telah tersedia di pasaran dengan kualitas yang dapat diandalkan..Faktanya, produk tidak ada di pasaran, sehingga masyarakatmenuntut ke pabrik. Akibatnya bagian R & D menyalahkan pada bagian pemasaran. Disisi lain bagian pemasaran menuding bagian R&D dengan anggapan kerja yang lambat.
       PENDEKATAN  MASALAH                SISI MIKRO DAN MAKRO
ISU MORAL DAPAT TERJADI ANTARA :
  1. PERSON  DENGAN  PERSON
  2. PERSON  DENGAN  INSTITUSI
  3. INSTITUSI  DENGAN  INSTITUSI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar