BAB I
Manajemen
Pengadaan dan Penerimaan Penyimpanan, Distribusi, dan Pencatatan Pelaporan Obat
di IFK Instalasi Farmasi Provinsi Bengkulu
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tata cara pendistribusian:
Pihak PUSKESMAS/Rumah Sakit datang ke Infalkes dengan membawa LPLPO yang sudah
di tanda tangani
oleh kepala masing-masing instansi yang bersangkutan, sub bagian pengadaan, dan sub unit bagian gudang instansi
masing- masing. Pihak infalkes akan
menyediakan obat – obat yang di butuhkan oleh pihak Instansiyang bersangkutan
pada saat itu, kemudian mendistribusikannya.
Infalkes
akan memberikan tanda terima kepada pihak instansi yang bersangkutandan pihak instansti tersebut harus menanda tangani bukti tanda terima tersebut. Sistem
pendistribusiaan menggunakan sistem FIFO (Frist In frist Out) dimana barang yang datang terlebih dahulu akan
di distribusikan terlebih dahulu, dan sitem FEFO (FirstExpired Date
First out) yaitu barang yang memiliki ED pendek / mendekati tanggal ED akan di keluarkan terlebih dahulu. Selama satu tahun, di Infalkes ada dua kali distribusi ke
puskesmas dan rumah sakit, yakni pada bulan January – February dan bulan
Juli – Agustus. Dan juga secara insidentil, yaitukebutuhan barang mendadak
dari puskesmas dan rumah sakit, selama persediaan masih ada, pihak infalkes Harus menyediakannya
Setelah Infalkes mendistribusikan sediaan farmasi kepada pukesmasdan rumah sakit, pihak infalkes akan memasukkan jumlah barang yang keluar ke dalam kartu stock dan
menghitung sisa yang ada di gudang.
Instalasi Farmasi
bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman di Rumah Sakit, Puskesmas,
maupun distribusi ke tempat lain. Tanggung jawab ini meliputi seleksi,
pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk dikonsumsi dan distribusi obat ke
daerah perawatan penderita. Berkaitan dengan tanggung jawab penyampaian dan
distribusi obat dari IF ke daerah perawatan pasien maka dibuat sistem
distribusi obat.
Sistem distribusi obat
adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan disiapkan oleh IF,
dihantarkan kepada perawat, dokter atau profesional pelayanan kesehatan lain
untuk diberikan kepada penderita. Sistem pendistribusian obat yang dibuat harus
mempertimbangkan efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan mencegah
kesalahan atau kekeliruan. Sistem
ini melibatkan sejumlah prosedur, personel dan fasilitas.
Suatu sistem distribusi
obat yang efisien dan efektif harus dapat memenuhi hal-hal berikut:
1.
Ketersediaan
obat yang tetap terpelihara
2.
Mutu dan
kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil selama proses distribusi.
3.
Meminimalkan
kesalahan obat dan memaksimalkan keamanan pada penderita.
4.
Meminimalkan
obat yang rusak atau kadaluwarsa.
5.
Efisiensi
penggunaan SDM.
6.
Meminimalkan
pencurian dan atau kehilangan obat.
7.
IF
mempunyai semua akses dalam semua tahap proses distribusi untuk pengendalian pengawasan dan penerapan pelayanan
farmasi klinik.
8.
Terjadinya
interaksi profesional antara apoteker, dokter, perawat, dan penderita.
9.
Meminimalkan
pemborosan dan penyalahgunaan obat
10. Harga terkendali.
11. Peningkatan penggunaan obat yang rasional.
Sistem transpor obat dari
IF harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Produk
obat harus terlindung dari kerusakan dan pencurian selama proses transportasi.
2.
Sistem
transpor tidak merusak atau memperlambat penyampaian obat ke penderita.
3.
Dalam
sistem transpor, pengecekan obat dilakukan sebelum obat dibawa dari IF, periksa
kecocokan jenis obat dan kuantitasnya dengan resep. Lakukan pemeriksaan ulang
saat obat tiba dan diterima di unit perawat.
4.
Prosedur
dari IF ke daerah penderita harus terdokumentasi.
Metode Distribusi Obat
Berdasarkan Ada atau Tidaknya Satelit Farmasi
1.
Sistem
Pelayanan Terpusat (Sentralisasi) Sentralisasi adalah sistem pendistribusian
perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi.
Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai
baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai
langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat
dikirim ke IF, kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara
dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita
tertentu.” Keuntungan sistem ini adalah:
a)
Semua
resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi kepada
perawat berkaitan dengan obat pasien,
b)
Memberi
kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien,
c)
Memungkinkan
pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
d)
Mempermudah
penagihan biaya pasien. Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode
ini di suatu rumah sakit yaitu sebagai berikut:
1)
Terjadinya
delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat ke pasien
yang cukup tinggi,
2)
Jumlah
kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
3)
Farmasis
kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat.
4)
Terjadinya
kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan
komunikasi. Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar,
misalnya kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga
jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
2.
Sistem
Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)
Desentralisasi
adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di dekat
unit perawatan/pelayanan.Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit
farmasi.Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi
ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi.Instalasi farmasi
dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan
farmasi yang ada di depo farmasi.
2. Tujuan
Adapun
tujuan kami dalam membuat makalah yang berjudul Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan di IFK Provinsi, Kabupaten/kota Bengkulu secara umum adalah untuk
memenuhi tugas Manajemen Farmasi Pengadaan dan Akutansi dan secara khusus
adalah untuk memahami kegiatan apa saja yang dilakukan oleh IFK Provinsi,
Kabupaten/kota khususnya yang ada di Provinsi Bengkulu terkait dengan
pendistribusian obat dan alat kesehatan.
3. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang timbul dalam makalah yang berjudul Distribusi Obat dan
Alat Kesehatan di IFK Provinsi, Kabupaten/kota ini adalah :
1.
Apa yang
dimaksud dengan distribusi, khususnya dalam IFK?
2.
Apa
tujuan distribusi obat dan alat kesehatan?
3.
Seperti
apa kegiatan distribusi obat dan alat kesehatan?
4.
Bagaimana
tatacara pendistribusian obat?
5.
Bagaimana
dengan pencatatan harian pengeluaran obat ?
6. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGADAAN
OBAT
Merupakan proses penyedian obat yang dibutuhkan di rumah sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang
diperoleh dari pemasok eksternal melalui
pembelian dari manu faktur, distributor, atau pedagang besar Farmasi.
1.
Siklus pengadaan obat
Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-keputusan dan tindakan
dalam menentukan jumlah obat yang di peroleh, Harga yang harus di bayar,dan kualitas obat-obat yang harus di terima. Siklus
pengadaan obat mencakup pemilihan kebutuhan, penyesuaian kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, penetapan atau pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak, pemantauan status pemesanan, penerimaan dan pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan, pendistribusian
dan pengumpulan informasi penggunaan obat
Proses pengadaan di katakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis
dan jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat di peroleh
pada saat di perlukan.
B. PENERIMAAN
1.
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima
obat-obatan yang diserahkan dari pemenang lelang kepada panitia penerima obat
serta penyerahan obat dari panitia pemeriksa kepada instalasi farmasi.
2.
Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas
pengelola obat atau petugas lain dalam hal ini panitia penerima obat yang
merupakan bagian dari panitia pengadaan obat
Kegiatan
Penerimaan Obat
1.
Penyerahan obat oleh Dinas kesehatan kepada IFK
melalui Berita Acara penyerahan obat.
2.
Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
3.
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat UPTD
Farmasi merupakan tanggung jawab Kepala IFK.
4.
Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan
terhadap obat-obat yang diserahkan. Bila tidak memenuhi syarat petugas penerima dapat mengajukan keberatan.
5.
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan jenis yang
kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan,
dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.
C. PENYIMPANAN
1.
Definisi :
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
2.
Tujuan Penyimpanan :
a. Memelihara
mutu obat
b. Menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga
kelangsungan persediaan
d. Memudahkan
pencarian dan pengawasan
Kegiatan Penyimpanan :


Pengaturan
tata Ruang
Penyusunan
stok obat
Pencatatan
stok obat
Pengamatan
mutu obat
Pengaturan tata ruang :

Rak dan
Pallet


-
Perlindungan terhadap banjir, serangan
serangga
-
Pengaruh kelembaban
-
Efisiensi
-
Murah
Pengaturan
Tata Ruang :
Kemudahan
bergerak, arus U, arus L dan arus lurus
Sirkulasi
Udara yang baik: AC, kipas angin, ventilator
Pengukur
suhu à pencatatan suhu.
Pengaturan
Tata Ruang :
Kondisi
Penyimpanan khusus
-
Chold Chain Ã
vaksin, serum
-
Lemari khusus Ã
narkotika
-
Ruangan khusus Ã
alkohol, eter
Pencegahan
kebakaran
-
Hindari tumpukan
bahan-bahan mudah terbakar
-
Alat pemadam
kebakaran (bak pasir, tabung kebakaran,
karung goni, dll)
Pencatatan
Pencatatan
kartu stok untuk per item obat
Pencatatan
Kartu Stok Induk untuk satu item obat dari berbagai sumber
anggaran
Pengamatan
mutu obat
Organoleptis
Meragukan
rujuk ke Lab
Obat
Rusak>> Kumpulkan dan catat serahkan ke Dinkes Kab – Kota
FUNGSI
KARTU STOK
Kartu
stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
Tiap
lembar kartu stok hanya mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat 1 (satu)
anggaran.
Tiap baris data hanya mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat.
Data
pada kartu stok untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan
distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
MANFAAT KARTU STOK
INDUK
Untuk
mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat
Penyusunan
laporan
Perencanaan
pengadaan dan distribusi
Pengendalian
persediaan
Untuk
pertanggung jawaban bagi Petugas Penyimpanan dan Penyaluran
Sebagai
alat bantu kontrol bagi Kepala IFK
Pencatatan dan Kartu Stok Induk
Fungsi :
1. Mencatat
mutasi obat
2. Tiap
lembar kartu stok hanya utk mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat dari semua
sumber anggaran
3. Tiap
baris data hanya untuk mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
Manfaat KARTU STOK
Alat
kontrol bagi Kepala IFK
Alat
bantu untuk :
Penyusunan
laporan
Perencanaan
pengadaan dan distribusi
Pengendalian
persediaan
Kartu Stok Induk adalah
- Sebagai pencerminan obat-obat yang ada di gudang
- Alat pembantu bagi ordonatur untuk pengeluaran obat
- Alat pembantu dalam menentukan kebutuhan
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pd penyimpanan obat
Kelembaban
|
Udara lembab dpt
menimbulkan kerusakan pd tablet, kapsul, oralit
|
Sinar matahari
|
Sinar Matahari
langsung dpt merusak injeksi
|
Suhu (Panas)
|
Suhu yg terlalu tinggi
kerusakan: salep, suppositoria
|
Kerusakan Fisik
|
Disebabkan menumpuk
terlalu tinggi
Dus berdempetan dgn
benda tajam
|
Kontaminasi bakteri
|
Wadah obat yg rusak
atau terbuka akan mudah tercemar oleh bakteri
|
Pengotoran
|
Ruang yg kotor dpt
menyebabkan adanya insek/roden.
|
Pengamatan mutu obatdilakukan secara organoleptis
Bau
|
Terjadi perubahan bau
spt pd tab asetosal ( Krn panas)
|
Warna
|
Perubahan Warna
menjadi kecoklatan contoh : Vit C (krn SM)
|
Pecah
|
Tablet menjadi mudah
pecah contoh : Tablet Etambutol (krn
Lembab)
|
Kering
|
Volume cairan
berkurang contoh : alkohol (krn penguapan)
|
Meleleh
|
Perubahan konstituen
menjadi leleh contoh : Salep, Supp (krn suhu panas)
|
Jenis kerusakan pada sediaan obat
Tablet
|
Perubahan warna, bau,
rasa, bintik, pecah, retak, benda asing, wadah rusak
|
Tablet Salut
|
Salutnya pecah, basah,
lengket satu sama lain, wadah rusak
|
Kapsul
|
Kapsul terbuka,
lengket satu sama lain, wadah rusak
|
Salep
|
Warna berubah,
berbintik-bintik, wadah rusak
|
Cairan
|
Warna berubah,
endapan/keruh, perubahan kekentalan, wadah rusak
|
Injeksi
|
Warna berubah,
endapan/keruh, benda asing kekentalan, wadah rusak
|
D. DISTRIBUSI
Distribusi adalah suatu
rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat, terjamin
keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah
yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan serta
mempertahankan tingkat persediaan obat.
1. Tujuan Distribusi
a.
Terlaksananya
pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat
dibutuhkan.
b.
Terjaminnya
mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat pendistribusian
c.
Terjaminnya
kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
d.
Terlaksananya
pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.
e.
Efisiensi
pengeluaran dana di unit pelayanan kesehatan.
2. Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi obat
di provinsi / Kota terdiri dari :
1.
Kegiatan
distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk kebutuhan pelayanan umum di
unit pelayanan kesehatan.
2.
Kegiatan distribusi khusus yang mencakup
distribusi obat untuk :
Program kesehatan
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Bencana (alam dan sosial)
3. Kegiatan Distribusi
Rutin
a. Perencanaan Distribusi
Instalasi
Farmasi provinsi / Kota merencanakan dan melaksanakan pendistribusian obat ke
unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya serta sesuai kebutuhan.
b. Perumusan stok optimum
Stok
optimum persediaan dilakukan dengan memperhitungkan siklus distribusi rata-rata
pemakaian, waktu tunggu serta ketentuan mengenai stok pengaman. Rencana distribusi obat ke setiap unit pelayanan kesehatan
termasuk rencana tingkat persediaan, didasarkan kepada besarnya stok optimum
setiap jenis obat di setiap unit pelayanan kesehatan. Penghitungan stok optimum dilakukan oleh Instalasi Farmasi
provinsi/Kota.
Pada
akhir periode distribusi akan diperoleh persediaan sebesar stok pengaman di
setiap unit pelayanan kesehatan. Rencana tingkat persediaan di IFK adalah
rencana distribusi untuk memastikan bahwa persediaan obat di IFK cukup untuk
melayani kebutuhan obat selama periode distribusi berikutnya. Posisi persediaan yang direncanakan tersebut di harapkan
dapat mengatasi keterlambatan permintaan obat oleh unit pelayanan kesehatan
atau pengiriman obat oleh IFK provinsi / Kota.
c. Penyusunan peta lokasi,
jalur dan jumlah pengiriman
Agar
alokasi biaya pengiriman dapat dipergunakan secara efektif dan efisien maka IFK
perlu membuat peta lokasi dari unit-unit pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya. Hal ini sangat diperlukan terutama untuk pelaksanaan distribusi
aktif dari IFK. Jarak (km) antara IFK dengan setiap unit pelayanan
kesehatan dicantumkan pada peta lokasi. Dengan mempertimbangkan jarak, biaya transportasi atau
kemudahan fasilitas yang tersedia, dapat ditetapkan rayonisasi dari wilayah
pelayanan distribusi.
Disamping
itu dilakukan pula upaya untuk memanfaatkan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat membantu pengangkutan obat ke
UPK misalnya kunjungan rutin petugas Kabupaten ke UPK, pertemuan dokter
Puskesmas yang diselenggarakan di provinsi dan sebagainya.
Atas dasar ini dapat ditetapkan jadwal pengiriman untuk
setiap rayon distribusi misalnya ada rayon distribusi yang dapat dilayani
sebulan sekali, ada rayon distribusi yang dapat dilayani triwulan dan ada yang
hanya dapat dilayani tiap enam bulan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Membuat daftar rayon dan jadwal distribusi tiap rayon berikut dengan nama unit
pelayanan kesehatan di rayon tersebut lengkap dengan nama dokter Kepala UPK
serta penanggung jawab pengelola obatnya
d.
Tata
Cara Pendistribusian Obat
1.
IFK
provinsi melaksanakan distribusi obat ke Puskesmas dan di wilayah kerjanya
sesuai kebutuhan masing-masing Unit Pelayanan Kesehatan.
2.
Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan
obat untuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit-unit Pelayanan
Kesehatan lainnya yang ada di wilayah binaannya.
3.
Distribusi
obat-obatan dapat pula dilaksanakan langsung dari IFK ke Puskesmas Pembantu sesuai
dengan situasi dan kondisi wilayah atas persetujuan Kepala Puskesmas yang
membawahinya. Tata cara distribusi obat ke Unit Pelayanan Kesehatan dapat
dilakukan dengan cara penyerahan oleh IFK ke Unit Pelayanan Kesehatan,
pengambilan sendiri oleh UPK di IFK, atau cara lain yang ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
4.
Tata cara pengiriman obat ke unit pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan cara penyerahan yaitu pengiriman dan
pengawasan. Pengiriman obat dilakukan oleh farrnasi. Cara lain adalah dengan
pengambilan bila puskesmas/rumah sakit mengatur sendiri pengambilan obat dari gudang farmasi.
5.
Obat-obat yang akan dikirim ke puskesmas atau
rumah sakit harus disertai dengan dokumen penyerahan atau pengiriman obat.
6.
Sebelum dilakukan pengepakan atas obat yang
akan dikirim maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap,
a)
Jenis
dan jumlah obat
b)
Kualitas
atau kondisi obat
c)
Isi
kemasan, kekuatan sediaan
d)
Kelengkapan
dan kebenaran dokumen obat
7.
Tiap
pengeluaran obat dari gudang farmasi harus segera dicatat pada kartu stock dan
kartu stock induk obat serta buku harian pengeluaran obat.
e. Pencatatan Harian Pengeluaran Obat
Obat
yang telah dikeluarkan harus segera dicatat dan dibukukan pada Buku Harian
Pengeluaran Obat sesuai data obat dan dilakukan dokumentasi.
f. Fungsi
Sebagai
dokumen yang memuat semua catatan pengeluaran, baik mengenai data obat maupun
dokumen yang menyertai pengeluaran obat tersebut.
g. Kartu Rencana Distribusi
Fungsi :
a.
Sebagai
lembar kerja bagi penyusunan rencana distribusi dan pengendalian distribusi
b.
Sebagai sumber data dalam melakukan kegiatan
distribusi ke unit pelayanan
Kartu Rencana Distribusi terdiri dari :
a.
Bagian A
Ekspedisi.
b.
Bagian B
Kartu/Buku monitoring distribusi per UPK.
h.
Pencatatan
Harian Pengeluaran ObatÃ
Dokumen
yang memuat catatan pengeluaran baik data obat maupun dokumen yang menyertai
i.
Informasi
yang didapat
1. Data obat yang dikeluarkan, nomor dan tanggal dokumen yang
menyertainya.
2. Unit penerima obat.
j.
Manfaat
Informasi yang didapat
Sebagai sumber data untuk
perencanaan dan pelaporan.
E. KEGIATAN YANG HARUS DILAKUKAN
Lakukan pengisian sesuai
petunjuk pengisian.
1.
Petugas
penyimpanan dan penyaluran mengelola dan mencatat pengeluaran obat di Buku
Harian Pengeluaran Obat (Formulir IV).
2.
Buku
Harian Pengeluaran Obat memuat semua catatan pengeluaran obat, baik mengenai
data obat maupun catatan dokumen obat tersebut.
3.
Buku
Catatan Harian Pengeluaran Obat ditutup tiap hari dan dibubuhi paraf/tanda
tangan Kepala IFK.
4.
Kolom
buku harian pengeluaran obat diisi sebagai berikut:
a.
Nomor
urut sesuai dengan pengeluaran obat
b.
Tanggal
pengeluaran barang
c.
Nomor
tanda bukti pengeluaran baik yang berupa surat kiriman dan tanggal dokumen tersebut
d.
Nama
perusahaan pengirim
e.
Jumlah
item obat
f.
Total
harga
g.
Keterangan
F. Pecatatan
Pelaporan
1. DEFINISI
Merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib baik obat-obatan
yang diterima, didistribusikan, maupun yang digunakan di UPK.
2. Tujuan
Tersedianya data mengenai jenis
dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/ penggunaan dan data mengenai
waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat
3.
Kegiatan
·
Pencatatan dan
Pengelolaan Data untuk mendukung perencanaan pengadaan obat
v Kartu
rencana distribusi
v Perhitungan
tingkat kecukupan UPK
Memastikan
rencana distribusi didukung oleh stok yang ada
4.
Laporan
Pengelolaan Obat
1. Laporan
Mutasi Obat
2. Laporan
Kegiatan distribusi
3. Laporan
Pencacahan persediaan akhir tahun anggaran
4. Laporan
tahunan/Profil
5.
Laporan
Mutasi Obat
Merupakan
laporan berkala mengenai mutasi obat,
Dilakukan
pertriwulan, kecuali narkotika
Memuat
jumlah penerimaan pengeluaran dan sisa stok
Kegunaan
:
v Mengetahui
jumlah penerimaan dan pengeluaran
v Mengetahui
sisa persediaan
v Pertanggungjawaban
kepala IFK dan bendahara brg
Digunakan
kartu per-PKM
Fungsi
:
v Laporan
PKM atas mutasi obat dan kunjungan resep
v Lembar
permintaan obat puskesmas (LPLPO)
v Surat
Pengiriman Obat
7.
Laporan
Pencacahan
Adalah laporan yang
dibuat setiap akhir tahun anggaran yang memuat jumlah penerimaan dan
pengeluaran selama 1 tahun anggaran dan sisa persediaan pada akhir tahun
anggaran yang bersangkutan
·
Kegunaan :
v Mengetahui
jumlah penerimaan dan pengeluaran obat selama 1 tahun anggaran
v Mengetahui
sisa persediaan obat pada akhir tahun anggaran
v Pertanggung
jawaban kepala IFK/ bendahara barang
8.
Laporan
Tahunan
Fungsi
:
Mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di
Kabupaten/Kota selama satu tahun anggaran Informasi yang didapat dari laporan
tahunan :
v Jumlah
dan nilai persediaan per 31 Desember
v Jumlah
dan nilai persediaan di Puskesmas per 31 Desember
v Pemakaian
rata-rata perbulan untuk tiap jenis obat
v Tingkat
kecukupan setiap jenis obat
v Rencana
kebutuhan untuk tahun anggaran berikutnya
v Rencana
pengadaan obat menurut sumber
v Biaya
obat per kunjungan kasus
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat disimpulkan dalam makalah yang membahas mengenai
distribusi obat dan alat kesehatan di ifk provinsi, kabupaten/kota adalah,
1.
Perencanaan
distribusi terbagi menjadi dua yaitu reguler dan khusus
2.
Tata
cara distribusi :
a.
Distribusi
Puskesmas dan Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
b.
Puskesmas
Induk mendistribusikan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit-unit
Pelayanan Kesehatan lainnya.
c.
IFK
bisa langsung mendistribusikan ke Puskesmas Pembantu sesuai dengan
situasi dan kondisi.
d.
Pull
distribution atau push distribution.
3.
Distribusi
obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus
menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat
persediaan obat.
B.
Saran
Demikianlah
hasil pembahasan dalam makalah sekaligus laporan mengenai Distribusi Obat dan
Alkes IFK provinsi, diharapkan pembaca sekalian dapat memaklumi apabilah masih
terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Pembaca sekalian yang
menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam membuat makalah selanjutnya, maka
diharapkan dapat melengkapi referensi yang berkaitan dengan bahasan.Kritik dan
saran dari pembacapun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa
mendatang.Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Untu tata cara distribusi obt di puskesmas pedomannya pake apa ya?
BalasHapusgimana form buku harian gudang?apakah sma dngan form buku harian kamar obat?
BalasHapussumber buku yang di pakai apa ya ?
BalasHapus