Sabtu, 25 Mei 2013

Manajemen Farmasi



BAB I
Manajemen Pengadaan dan Penerimaan Penyimpanan, Distribusi, dan Pencatatan Pelaporan Obat di IFK Instalasi Farmasi Provinsi Bengkulu

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Tata cara pendistribusian: Pihak PUSKESMAS/Rumah Sakit datang ke Infalkes dengan membawa LPLPO  yang sudah  di  tanda tangani  oleh  kepala  masing-masing instansi yang bersangkutan, sub bagian pengadaan, dan sub unit bagian gudang instansi masing- masing. Pihak infalkes akan menyediakan obat – obat yang di butuhkan oleh pihak Instansiyang bersangkutan pada saat itu, kemudian mendistribusikannya.
Infalkes akan memberikan tanda terima kepada pihak instansi yang bersangkutandan pihak instansti tersebut harus menanda tangani bukti tanda terima tersebut. Sistem pendistribusiaan menggunakan sistem FIFO (Frist In frist Out) dimana barang yang datang terlebih dahulu akan di distribusikan terlebih dahulu, dan sitem FEFO (FirstExpired Date First out) yaitu barang yang memiliki ED pendek / mendekati tanggal ED akan di keluarkan terlebih dahulu. Selama satu tahun, di Infalkes ada dua kali distribusi ke puskesmas dan rumah sakit, yakni pada bulan January – February dan bulan Juli – Agustus. Dan juga secara insidentil, yaitukebutuhan barang mendadak dari puskesmas dan rumah sakit, selama persediaan masih ada, pihak infalkes Harus menyediakannya
Setelah Infalkes mendistribusikan sediaan farmasi kepada pukesmasdan rumah sakit, pihak infalkes akan memasukkan jumlah barang yang keluar ke dalam kartu stock dan menghitung sisa yang ada di gudang.
Instalasi Farmasi bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman di Rumah Sakit, Puskesmas, maupun distribusi ke tempat lain. Tanggung jawab ini meliputi seleksi, pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk dikonsumsi dan distribusi obat ke daerah perawatan penderita. Berkaitan dengan tanggung jawab penyampaian dan distribusi obat dari IF ke daerah perawatan pasien maka dibuat sistem distribusi obat.
Sistem distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan disiapkan oleh IF, dihantarkan kepada perawat, dokter atau profesional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita. Sistem pendistribusian obat yang dibuat harus mempertimbangkan efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan mencegah kesalahan atau kekeliruan. Sistem ini melibatkan sejumlah prosedur, personel dan fasilitas.
Suatu sistem distribusi obat yang efisien dan efektif harus dapat memenuhi hal-hal berikut:
1.      Ketersediaan obat yang tetap terpelihara
2.      Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil selama proses distribusi.
3.      Meminimalkan kesalahan obat dan memaksimalkan keamanan pada penderita.
4.      Meminimalkan obat yang rusak atau kadaluwarsa.
5.       Efisiensi penggunaan SDM.
6.      Meminimalkan pencurian dan atau kehilangan obat.
7.      IF mempunyai semua akses dalam semua tahap proses distribusi untuk pengendalian pengawasan dan penerapan pelayanan farmasi klinik.
8.      Terjadinya interaksi profesional antara apoteker, dokter, perawat, dan penderita.
9.      Meminimalkan pemborosan dan penyalahgunaan obat
10.  Harga terkendali.
11.  Peningkatan penggunaan obat yang rasional.
Sistem transpor obat dari IF harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Produk obat harus terlindung dari kerusakan dan pencurian selama proses transportasi.
2.      Sistem transpor tidak merusak atau memperlambat penyampaian obat ke penderita.
3.      Dalam sistem transpor, pengecekan obat dilakukan sebelum obat dibawa dari IF, periksa kecocokan jenis obat dan kuantitasnya dengan resep. Lakukan pemeriksaan ulang saat obat tiba dan diterima di unit perawat.
4.       Prosedur dari IF ke daerah penderita harus terdokumentasi.
Metode Distribusi Obat Berdasarkan Ada atau Tidaknya Satelit Farmasi
1.      Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi) Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IF, kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.” Keuntungan sistem ini adalah:
a)      Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien,
b)      Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien,
c)      Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
d)     Mempermudah penagihan biaya pasien. Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode ini di suatu rumah sakit yaitu sebagai berikut:
1)      Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat ke pasien yang cukup tinggi,
2)      Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
3)      Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat.
4)      Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan komunikasi. Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
2.      Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan.Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit farmasi.Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi.Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.
2.      Tujuan
Adapun tujuan kami dalam membuat makalah yang berjudul Distribusi Obat dan Alat Kesehatan di IFK Provinsi, Kabupaten/kota Bengkulu secara umum adalah untuk memenuhi tugas Manajemen Farmasi Pengadaan dan Akutansi  dan secara khusus adalah untuk memahami kegiatan apa saja yang dilakukan oleh IFK Provinsi, Kabupaten/kota khususnya yang ada di Provinsi Bengkulu terkait dengan pendistribusian obat dan alat kesehatan.
3.      Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah yang timbul dalam makalah yang berjudul Distribusi Obat dan Alat Kesehatan di IFK Provinsi, Kabupaten/kota ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan distribusi, khususnya dalam IFK?
2.      Apa tujuan distribusi obat dan alat kesehatan?
3.      Seperti apa kegiatan distribusi obat dan alat kesehatan?
4.      Bagaimana tatacara pendistribusian obat?
5.      Bagaimana dengan pencatatan harian pengeluaran obat ?
6.      Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGADAAN OBAT
Merupakan proses penyedian obat yang dibutuhkan di rumah sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manu faktur, distributor, atau pedagang besar Farmasi.
1.      Siklus pengadaan obat
Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-keputusan dan tindakan dalam menentukan jumlah obat yang di peroleh, Harga yang harus di bayar,dan kualitas obat-obat yang harus di terima. Siklus pengadaan obat mencakup pemilihan kebutuhan, penyesuaian kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, penetapan atau pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak, pemantauan status pemesanan, penerimaan dan pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan, pendistribusian dan pengumpulan informasi penggunaan obat
Proses pengadaan di katakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat di peroleh pada saat di perlukan.
B.     PENERIMAAN
1.      Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari pemenang lelang kepada panitia penerima obat serta penyerahan obat dari panitia pemeriksa kepada instalasi farmasi.
2.      Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain dalam hal ini panitia penerima obat yang merupakan bagian dari panitia pengadaan obat
Kegiatan Penerimaan Obat
1.      Penyerahan obat oleh Dinas kesehatan kepada IFK melalui Berita Acara penyerahan obat.
2.      Petugas penerima obat bertanggung jawab atas  pemeriksaan fisik,  penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
3.      Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat UPTD Farmasi merupakan tanggung jawab Kepala IFK.
4.      Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan. Bila tidak memenuhi syarat petugas penerima dapat mengajukan keberatan.
5.      Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.

C.    PENYIMPANAN
1.      Definisi :
Penyimpanan   adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
2.      Tujuan Penyimpanan :
a.       Memelihara mutu obat
b.      Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c.       Menjaga kelangsungan persediaan
d.      Memudahkan pencarian dan pengawasan
Kegiatan Penyimpanan :
                                                                                                         




  Pengaturan tata Ruang
  Penyusunan stok obat
  Pencatatan stok obat
  Pengamatan mutu obat
Pengaturan tata ruang :
  Rak dan Pallet     





-          Perlindungan terhadap banjir, serangan serangga
-          Pengaruh kelembaban
-          Efisiensi
-          Murah 
Pengaturan Tata Ruang :
  Kemudahan bergerak, arus U, arus L dan arus lurus
  Sirkulasi Udara yang baik: AC, kipas angin, ventilator
  Pengukur suhu à pencatatan suhu.
Pengaturan Tata Ruang :
  Kondisi Penyimpanan khusus
-          Chold Chain à vaksin, serum 
-          Lemari khusus à narkotika
-          Ruangan khusus à alkohol, eter
  Pencegahan kebakaran
-          Hindari tumpukan bahan-bahan mudah terbakar
-          Alat pemadam kebakaran  (bak pasir, tabung kebakaran, karung goni, dll)
Pencatatan
  Pencatatan kartu stok untuk per item obat
  Pencatatan Kartu Stok Induk untuk satu item obat dari berbagai sumber anggaran
Pengamatan mutu obat
  Organoleptis
  Meragukan rujuk ke Lab
  Obat Rusak>> Kumpulkan dan catat serahkan ke Dinkes Kab – Kota
FUNGSI KARTU STOK
  Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
  Tiap lembar kartu stok hanya mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat 1 (satu) anggaran.
  Tiap  baris data hanya  mencatat 1 (satu) kejadian mutasi  obat.
  Data pada kartu stok untuk menyusun laporan, perencanaan  pengadaan  distribusi  dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
MANFAAT KARTU STOK INDUK
  Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat
  Penyusunan laporan
  Perencanaan pengadaan dan distribusi
  Pengendalian persediaan
  Untuk pertanggung jawaban bagi Petugas Penyimpanan dan  Penyaluran
  Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFK
Pencatatan dan Kartu Stok Induk
Fungsi :
1.      Mencatat mutasi obat
2.      Tiap lembar kartu stok hanya utk mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat dari semua sumber anggaran
3.      Tiap baris data hanya untuk mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
Manfaat KARTU STOK
  Alat kontrol bagi Kepala IFK
  Alat bantu untuk :
  Penyusunan laporan
  Perencanaan pengadaan dan distribusi
  Pengendalian persediaan
Kartu Stok Induk adalah
  1. Sebagai pencerminan obat-obat yang ada di gudang
  2. Alat pembantu bagi ordonatur untuk pengeluaran obat
  3. Alat pembantu dalam menentukan kebutuhan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pd penyimpanan obat
Kelembaban
Udara lembab dpt menimbulkan kerusakan pd tablet, kapsul, oralit
Sinar matahari
Sinar Matahari langsung dpt  merusak injeksi
Suhu (Panas)
Suhu yg terlalu tinggi kerusakan:  salep, suppositoria
Kerusakan Fisik
Disebabkan menumpuk terlalu tinggi
Dus berdempetan dgn benda tajam
Kontaminasi bakteri
Wadah obat yg rusak atau terbuka akan mudah tercemar oleh bakteri
Pengotoran
Ruang yg kotor dpt menyebabkan adanya insek/roden.
Pengamatan mutu obatdilakukan secara organoleptis
Bau
Terjadi perubahan bau spt pd tab asetosal ( Krn panas)
Warna
Perubahan Warna menjadi kecoklatan contoh : Vit C (krn SM)
Pecah
Tablet menjadi mudah pecah  contoh : Tablet Etambutol (krn Lembab)
Kering
Volume cairan berkurang contoh : alkohol (krn penguapan)
Meleleh
Perubahan konstituen menjadi leleh contoh : Salep, Supp (krn suhu panas)




Jenis kerusakan pada sediaan obat
Tablet
Perubahan warna, bau, rasa, bintik, pecah, retak, benda asing, wadah rusak
Tablet Salut
Salutnya pecah, basah, lengket satu sama lain, wadah rusak
Kapsul
Kapsul terbuka, lengket satu sama lain, wadah rusak
Salep
Warna berubah, berbintik-bintik, wadah rusak
Cairan
Warna berubah, endapan/keruh, perubahan kekentalan, wadah rusak
Injeksi
Warna berubah, endapan/keruh, benda asing kekentalan, wadah rusak
D.    DISTRIBUSI
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
1.      Tujuan Distribusi
a.       Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan.
b.      Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat pendistribusian
c.       Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
d.      Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.
e.       Efisiensi pengeluaran dana di unit pelayanan kesehatan.
2.      Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi obat di provinsi / Kota terdiri dari :
1.      Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan.
2.       Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat untuk :
   Program kesehatan
  Kejadian Luar Biasa (KLB)
  Bencana (alam dan sosial)
3.       Kegiatan Distribusi Rutin
a.      Perencanaan Distribusi
Instalasi Farmasi provinsi / Kota merencanakan dan melaksanakan pendistribusian obat ke unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya serta sesuai kebutuhan.
b.      Perumusan stok optimum
Stok optimum persediaan dilakukan dengan memperhitungkan siklus distribusi rata-rata pemakaian, waktu tunggu serta ketentuan mengenai stok pengaman. Rencana distribusi obat ke setiap unit pelayanan kesehatan termasuk rencana tingkat persediaan, didasarkan kepada besarnya stok optimum setiap jenis obat di setiap unit pelayanan kesehatan. Penghitungan stok optimum dilakukan oleh Instalasi Farmasi provinsi/Kota.
Pada akhir periode distribusi akan diperoleh persediaan sebesar stok pengaman di setiap unit pelayanan kesehatan. Rencana tingkat persediaan di IFK adalah rencana distribusi untuk memastikan bahwa persediaan obat di IFK cukup untuk melayani kebutuhan obat selama periode distribusi berikutnya. Posisi persediaan yang direncanakan tersebut di harapkan dapat mengatasi keterlambatan permintaan obat oleh unit pelayanan kesehatan atau pengiriman obat oleh IFK provinsi / Kota.
c.        Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah pengiriman
Agar alokasi biaya pengiriman dapat dipergunakan secara efektif dan efisien maka IFK perlu membuat peta lokasi dari unit-unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Hal ini sangat diperlukan terutama untuk pelaksanaan distribusi aktif dari IFK. Jarak (km) antara IFK dengan setiap unit pelayanan kesehatan dicantumkan pada peta lokasi. Dengan mempertimbangkan jarak, biaya transportasi atau kemudahan fasilitas yang tersedia, dapat ditetapkan rayonisasi dari wilayah pelayanan distribusi.
Disamping itu dilakukan pula upaya untuk memanfaatkan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat membantu pengangkutan obat ke UPK misalnya kunjungan rutin petugas Kabupaten ke UPK, pertemuan dokter Puskesmas yang diselenggarakan di provinsi dan sebagainya.
Atas dasar ini dapat ditetapkan jadwal pengiriman untuk setiap rayon distribusi misalnya ada rayon distribusi yang dapat dilayani sebulan sekali, ada rayon distribusi yang dapat dilayani triwulan dan ada yang hanya dapat dilayani tiap enam bulan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Membuat daftar rayon dan jadwal distribusi tiap rayon berikut dengan nama unit pelayanan kesehatan di rayon tersebut lengkap dengan nama dokter Kepala UPK serta penanggung jawab pengelola obatnya


d.      Tata Cara Pendistribusian Obat
1.      IFK provinsi melaksanakan distribusi obat ke Puskesmas dan di wilayah kerjanya sesuai kebutuhan masing-masing Unit Pelayanan Kesehatan.
2.       Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit-unit Pelayanan Kesehatan lainnya yang ada di wilayah binaannya.
3.      Distribusi obat-obatan dapat pula dilaksanakan langsung dari IFK ke Puskesmas Pembantu sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah atas persetujuan Kepala Puskesmas yang membawahinya. Tata cara distribusi obat ke Unit Pelayanan Kesehatan dapat dilakukan dengan cara penyerahan oleh IFK ke Unit Pelayanan Kesehatan, pengambilan sendiri oleh UPK di IFK, atau cara lain yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
4.       Tata cara pengiriman obat ke unit pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cara penyerahan yaitu pengiriman dan pengawasan. Pengiriman obat dilakukan oleh farrnasi. Cara lain adalah dengan pengambilan bila puskesmas/rumah sakit mengatur sendiri pengambilan obat dari gudang farmasi.
5.       Obat-obat yang akan dikirim ke puskesmas atau rumah sakit harus disertai dengan dokumen penyerahan atau pengiriman obat.
6.       Sebelum dilakukan pengepakan atas obat yang akan dikirim maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap,
a)      Jenis dan jumlah obat 
b)      Kualitas atau kondisi obat
c)      Isi kemasan, kekuatan sediaan
d)     Kelengkapan dan kebenaran dokumen obat
7.      Tiap pengeluaran obat dari gudang farmasi harus segera dicatat pada kartu stock dan kartu stock induk obat serta buku harian pengeluaran obat.
e.       Pencatatan Harian Pengeluaran Obat
Obat yang telah dikeluarkan harus segera dicatat dan dibukukan pada Buku Harian Pengeluaran Obat sesuai data obat dan dilakukan dokumentasi.
f.       Fungsi
Sebagai dokumen yang memuat semua catatan pengeluaran, baik mengenai data obat maupun dokumen yang menyertai pengeluaran obat tersebut.
g.      Kartu Rencana Distribusi
Fungsi :
a.       Sebagai lembar kerja bagi penyusunan rencana distribusi dan pengendalian distribusi
b.       Sebagai sumber data dalam melakukan kegiatan distribusi ke unit pelayanan
Kartu Rencana Distribusi terdiri dari :
a.       Bagian A Ekspedisi.
b.      Bagian B Kartu/Buku monitoring distribusi per UPK.
h.      Pencatatan Harian Pengeluaran Obatà
Dokumen yang memuat catatan pengeluaran baik data obat maupun dokumen yang menyertai
i.        Informasi yang didapat
1.      Data obat yang dikeluarkan, nomor dan tanggal dokumen yang menyertainya.
2.      Unit penerima obat.
j.        Manfaat Informasi yang didapat
Sebagai sumber data untuk perencanaan dan pelaporan.
E.     KEGIATAN YANG HARUS DILAKUKAN
Lakukan pengisian sesuai petunjuk pengisian.
1.      Petugas penyimpanan dan penyaluran mengelola dan mencatat pengeluaran obat di Buku Harian Pengeluaran Obat (Formulir IV).
2.      Buku Harian Pengeluaran Obat memuat semua catatan pengeluaran obat, baik mengenai data obat maupun catatan dokumen obat tersebut.
3.      Buku Catatan Harian Pengeluaran Obat ditutup tiap hari dan dibubuhi paraf/tanda tangan Kepala IFK.
4.      Kolom buku harian pengeluaran obat diisi sebagai berikut:
a.       Nomor urut sesuai dengan pengeluaran obat
b.      Tanggal pengeluaran barang
c.       Nomor tanda bukti pengeluaran baik yang berupa surat kiriman dan tanggal     dokumen tersebut
d.      Nama perusahaan pengirim
e.       Jumlah item obat
f.       Total harga
g.      Keterangan
F.     Pecatatan Pelaporan
1.      DEFINISI
Merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib baik obat-obatan yang diterima, didistribusikan, maupun yang digunakan di UPK.
2.      Tujuan
Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/ penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat
3.      Kegiatan
·         Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung perencanaan pengadaan obat
v  Kartu rencana distribusi
v  Perhitungan tingkat kecukupan UPK
  Memastikan rencana distribusi didukung oleh stok yang ada
4.      Laporan Pengelolaan Obat
1.      Laporan Mutasi Obat
2.      Laporan Kegiatan distribusi
3.      Laporan Pencacahan persediaan akhir tahun anggaran
4.      Laporan tahunan/Profil
5.      Laporan Mutasi Obat
  Merupakan laporan berkala mengenai mutasi obat,
  Dilakukan pertriwulan, kecuali narkotika
  Memuat jumlah penerimaan pengeluaran dan sisa stok
  Kegunaan :
v  Mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran
v  Mengetahui sisa persediaan
v  Pertanggungjawaban kepala IFK dan bendahara brg
  Digunakan kartu per-PKM
  Fungsi :
v  Laporan PKM atas mutasi obat dan kunjungan resep
v  Lembar permintaan obat puskesmas (LPLPO)
v  Surat Pengiriman Obat
7.      Laporan Pencacahan
Adalah laporan yang dibuat setiap akhir tahun anggaran yang memuat jumlah penerimaan dan pengeluaran selama 1 tahun anggaran dan sisa persediaan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan
·         Kegunaan :
v  Mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran obat selama 1 tahun anggaran
v  Mengetahui sisa persediaan obat pada akhir tahun anggaran
v  Pertanggung jawaban kepala IFK/ bendahara barang




8.      Laporan Tahunan
Fungsi :
Mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di Kabupaten/Kota selama satu tahun anggaran Informasi yang didapat dari laporan tahunan :
v  Jumlah dan nilai persediaan per 31 Desember
v  Jumlah dan nilai persediaan di Puskesmas per 31 Desember
v  Pemakaian rata-rata perbulan untuk tiap jenis obat
v  Tingkat kecukupan setiap jenis obat
v  Rencana kebutuhan untuk tahun anggaran berikutnya
v  Rencana pengadaan obat menurut sumber
v  Biaya obat per kunjungan kasus

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan dalam makalah yang membahas mengenai distribusi obat dan alat kesehatan di ifk provinsi, kabupaten/kota adalah,
1.      Perencanaan distribusi terbagi menjadi dua yaitu reguler dan khusus
2.      Tata cara distribusi :
a.       Distribusi Puskesmas dan Rumah Sakit di wilayah kerjanya.
b.      Puskesmas Induk mendistribusikan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit-unit Pelayanan Kesehatan lainnya.
c.       IFK bisa  langsung mendistribusikan ke  Puskesmas Pembantu sesuai dengan situasi dan kondisi.
d.      Pull distribution atau push distribution.
3.      Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
B.      Saran
Demikianlah hasil pembahasan dalam makalah sekaligus laporan mengenai Distribusi Obat dan Alkes IFK provinsi, diharapkan pembaca sekalian dapat memaklumi apabilah masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Pembaca sekalian yang menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam membuat makalah selanjutnya, maka diharapkan dapat melengkapi referensi yang berkaitan dengan bahasan.Kritik dan saran dari pembacapun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa mendatang.Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

3 komentar:

  1. Untu tata cara distribusi obt di puskesmas pedomannya pake apa ya?

    BalasHapus
  2. gimana form buku harian gudang?apakah sma dngan form buku harian kamar obat?

    BalasHapus
  3. sumber buku yang di pakai apa ya ?

    BalasHapus